Jakarta (ANTARA) – Green Building Council Indonesia (GBC Indonesia) kembali menegaskan komitmennya terhadap pembangunan berkelanjutan dengan menyelenggarakan Seminar Nasional: Bangunan Hijau 2025. Acara ini berlangsung pada 25 April 2025, bertepatan dengan pameran MEGABUILD Indonesia di Jakarta International Convention Center (JICC).
Ketua Umum GBC Indonesia, Ignesjz Kemalawarta, membuka seminar dengan menekankan bahwa transformasi sektor bangunan harus menjadi bagian utama dari strategi dekarbonisasi Indonesia. Menurutnya, bangunan hijau bukan hanya soal efisiensi energi, tapi juga komitmen bersama dalam menghadapi krisis iklim. GBC Indonesia, lanjutnya, telah merancang langkah-langkah konkrit untuk tahun 2025, mulai dari memperkuat proses sertifikasi, meningkatkan edukasi, hingga membangun kolaborasi aktif dengan sektor publik dan swasta.
Sesi keynote speech menghadirkan perwakilan dari tiga kementerian: Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), serta Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).
Ir. Dian Irawati, M.T., Direktur Bina Teknik Bangunan Gedung dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian PU, memaparkan roadmap kebijakan Bangunan Gedung Hijau (BGH) di Indonesia, termasuk target konservasi energi 25% dan konservasi air 10% sebagaimana tercantum dalam PP No. 16 Tahun 2021. Ia menyampaikan bahwa pemerintah telah menetapkan target penurunan emisi dari sektor bangunan sebesar 36 juta ton CO₂, yang terdiri dari 3 juta ton dari gedung pemerintah, 14 juta ton dari gedung komersial, dan 19 juta ton dari rumah tinggal. Saat ini, proses peninjauan terhadap target dan luasan sertifikasi di daerah masih berlangsung.
Sahid Junaidi, S.Kom., M.M., Sekretaris Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi dari Kementerian ESDM, menyampaikan bahwa efisiensi energi di sektor bangunan menjadi prioritas dalam strategi transisi energi nasional. Namun, tantangan masih besar, dengan masih sedikitnya gedung yang menerapkan sistem manajemen energi sesuai standar ISO 50001. Ia menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor untuk memperluas cakupan dan percepatan adopsi.
Franky Zamzani, S.Hut., M.Env., Direktur Mobilisasi Sumber Daya Pengendalian Perubahan Iklim, KLH, menyoroti pentingnya peran bangunan hijau dalam konteks mitigasi perubahan iklim. “Melihat banyaknya konsumsi energi dari bangunan, maka disinilah diperlukan suatu perubahan dan inisiatif yang mengambil peran strategis, salah satunya adalah bangunan hijau. Tanpa kolaborasi lintas sektor, percepatan tidak akan terjadi. Pemerintah perlu memperkuat kebijakan dan menyederhanakan insentif, sementara sektor swasta harus menjadi motor penggerak,” tegas Franky dalam paparannya.
Melalui Seminar Nasional Bangunan Hijau 2025, GBC Indonesia memperkuat peran sebagai mitra strategis pemerintah dan pelaku industri dalam mewujudkan pembangunan rendah karbon. Keterlibatan multipihak, peningkatan kapasitas, serta konsistensi terhadap prinsip keberlanjutan akan menjadi kunci utama dalam mendorong perubahan nyata di sektor bangunan Indonesia.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2025