Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) mengakui adanya kesalahan teknis dalam pengajuan dokumen tujuh pemain naturalisasi yang dijatuhi skors selama 12 bulan oleh FIFA, namun menegaskan para pemain tersebut merupakan warga negara sah Malaysia.
Sekretaris Jenderal FAM Noor Azman Rahman dalam pernyataan di Kuala Lumpur, Minggu, mengatakan pihaknya tengah menunggu salinan lengkap putusan FIFA sebelum mengajukan banding melalui jalur hukum yang berlaku.
“FAM memandang serius masalah ini. Namun, FAM ingin menekankan bahwa para pemain heritage yang terlibat adalah warga negara Malaysia yang sah,” kata Noor Azman, dikutip dari CNA, Senin.
FIFA sebelumnya menyatakan FAM terbukti memalsukan dokumen kelayakan tujuh pemain yang diturunkan saat Malaysia menang 4-0 atas Vietnam dalam kualifikasi Piala Asia 2027 pada 10 Juni.
Baca juga: FIFA jatuhkan sanksi ke FAM dan tujuh pemain karena pemalsuan dokumen
Selain larangan bertanding, masing-masing pemain dikenai denda 2.000 franc Swiss (sekira Rp41,7 juta), sementara FAM dijatuhi denda 350.000 franc Swiss (sekira Rp7,3 miliar).
Kasus ini mendapat perhatian luas di Malaysia. Menteri Pemuda dan Olahraga Hannah Yeoh menyebut banding FAM sebagai prioritas utama. Ia meminta seluruh pihak menunggu proses tersebut selesai sebelum mengambil langkah lebih lanjut.
“Dampak dari masalah ini tidak hanya menyangkut tujuh pemain, tetapi juga seluruh tim nasional kita,” ujarnya sebagaimana dikutip Bernama.
Selain Hannah Yeoh, Menteri Dalam Negeri Saifuddin Nasution Ismail dan Pemangku Raja Johor Tunku Ismail Sultan Ibrahim juga turut menanggapi kasus tersebut.
Tujuh pemain yang dikenai skors FIFA adalah Gabriel Felipe Arrocha, Facundo Tomas Garces, Rodrigo Holgado, Imanol Javier Machuca, Joao Vitor Brandao Figueiredo, Jon Irazabal Iraurgui, dan Hector Alejandro Hevel Serrano.
Baca juga: FAM ajukan banding terhadap sanksi FIFA terkait pemalsuan dokumen
Pewarta: A Rauf Andar Adipati
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.