Jakarta (ANTARA) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia melaporkan capaian penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sektor ESDM, hingga realisasi lifting migas, saat dipanggil secara khusus oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis.
Bahlil mengaku dirinya dipanggil oleh Presiden Prabowo dalam pertemuan terbatas, tanpa didampingi menteri lainnya.
"Saya (dipanggil) sendiri. Khusus urusan kerjaan saja," kata Bahlil menjawab soal pertemuannya dengan Presiden Prabowo kepada awak media di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis.
Ia mengaku pertemuannya dengan Prabowo untuk melaporkan realisasi PNBP dari target APBN 2025, serta lifting migas menjelang akhir tahun.
Bahlil juga melaporkan rencana peresmian Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) di Kalimantan Timur untuk swasembada energi.
"Saya juga melaporkan tentang rencana peresmian RDMP di Kalimantan Timur yang kalau itu diresmikan, maka Insya Allah 2026 kita sudah mencapai swasembada di bidang energi solar dan avtur. Ini yang kita lagi rencanakan ke depan," kata Bahlil.
Bahlil menjelaskan bahwa pemanggilan ke Istana merupakan bagian dari mekanisme pelaporan rutin kepada Presiden.
“Saya sendiri. Saya kan sebagai pembantu Bapak Presiden. Sebagai pembantu Presiden, setiap dipanggil harus siap untuk melaporkan apa-apa yang menjadi tugas KPI (Key Performance Indicator) dan atau perintah lain dari Bapak Presiden kepada menteri,” katanya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) per 10 November 2025 mencapai Rp200,66 triliun atau 78,74 persen dari target sebesar Rp254,83 triliun, meskipun saat ini beberapa harga komoditas mengalami penurunan, seperti komoditas batu bara.
Sementara itu, target PNBP yang termaktub di dalam APBN 2025 sebesar Rp254,83 triliun bisa tercapai. Bahlil optimistis target PNBP dapat tercapai, meskipun saat ini harga komoditas mengalami penurunan, seperti turunnya harga komoditas batu bara, komoditas mineral, serta asumsi harga minyak yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan asumsi makro di APBN 2025.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati/Fathur Rochman
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































