Tanjungpinang (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Rustam mengatakan Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) bagi siswa sebagai skrining awal untuk mendeteksi risiko penyakit.
"Dari beberapa kali survei yang dilakukan Dinas Kesehatan Tanjungpinang ditemukan sejumlah persoalan pada kesehatan anak, di antaranya kurang gizi, anemia, kelebihan gizi atau obesitas, anak kurang istirahat, gula cukup tinggi, depresi, bahkan ada kecenderungan ingin bunuh diri," katanya di Tanjungpinang, Kamis.
Kondisi itu, menurut Rustam, tentu berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia (SDM), terutama anak-anak sebagai generasi penerus bangsa yang dituntut semakin tangguh dan kompetitif di masa-masa mendatang.
Oleh karena itu, kata dia, penting bagi semua pihak untuk memastikan anak atau siswa benar-benar sehat, sehingga bisa mengikuti proses belajar secara baik di lingkungan sekolah.
"Untuk itu, pemerintah meluncurkan Program CKG guna mengklasifikasi mana siswa sehat dan berisiko sakit atau mengalami sakit," ujarnya.
Rustam mengatakan pemeriksaan kesehatan tersebut sifatnya bukan penegakan diagnosis atau menentukan sifat suatu penyakit atau kondisi medis siswa.
Ia mengatakan siswa yang terjaring berisiko sakit atau mengalami sakit melalui hasil CKG, akan didalami lagi ke puskesmas, atau dirujuk lebih lanjut ke rumah sakit.
"Kegiatan itu pun jadi salah satu langkah kewaspadaan awal agar ketika siswa mengalami risiko terkena suatu kondisi kesehatan tertentu, maka bisa ditangani sejak dini supaya tidak terlanjur parah," katanya.
Baca juga: Pemeriksaan kesehatan gratis untuk siswa Kota Tanjungpinang dimulai
Ia mencontohkan, apabila siswa terdeteksi gejala awal hipertensi atau gula tinggi, tentu perlu ditindaklanjuti ke puskesmas atau rumah sakit, sebelum proses pengobatan lebih lanjut.
Selain intervensi secara individual atau per siswa, intervensi CKG juga menyasar komunitas atau kelompok, misalnya di suatu sekolah terdeteksi anak yang mengalami obesitas (berat badan berlebih) dan tingkat kebugaran rendah, maka sekolah itu harus memiliki program peningkatan aktivitas fisik, misalnya senam rutin bersama setiap minggu.
Demikian pula ketika siswa mengalami kondisi gigi berlubang, sekolah bisa menggelar program penyuluhan dan edukasi menyikat gigi yang baik dan benar.
Menurut dia, suksesnya Program CKG di Tanjungpinang tentu tak terlepas dari dukungan orang tua atau wali murid. Dukungan ini penting guna memastikan kesuksesan program dan kesehatan anak-anak.
"Menjaga kesehatan anak sejak sekolah sangat penting, karena anak-anak adalah fondasi penting dalam membangun generasi berkualitas dan berdaya saing di masa depan," ucap Rustam.
Program CKG bagi siswa di Tanjungpinang resmi bergulir pada Rabu (6/8), yang dimulai dari SD/SMP Maitreya di Bintan Center.
Kegiatan CKG di Tanjungpinang menyasar 47.813 anak yang tersebar di 143 satuan pendidikan jenjang SD, SMP, dan SMA sederajat. Rinciannya, SD sederajat 74 sekolah dengan 23.481 siswa, SMP sederajat 34 sekolah dengan 11.785 siswa, dan SMA sederajat 25 sekolah dengan 12.547 siswa.
Program yang digagas Presiden Prabowo itu merupakan bagian dari pemeriksaan kesehatan gratis nasional yang menyasar seluruh penduduk Indonesia, mulai dari bayi, balita, anak dan remaja, dewasa hingga lanjut usia atau lansia.
Baca juga: Dinkes: Program CKG di Tanjungpinang sasar 237.580 warga
"Target CKG di Tanjungpinang, rampung September atau Oktober 2025," kata Rustam.
Pewarta: Ogen
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.