Dalil hadis dan contoh kebohongan yang diperbolehkan dalam Islam

1 month ago 6

Jakarta (ANTARA) - Kebohongan umumnya dipandang sebagai perbuatan tercela yang dilarang dalam ajaran Islam. Namun, tahukah Anda bahwa ada situasi tertentu di mana Islam justru membolehkannya? Bukan berarti menghalalkan dusta, melainkan memberi kelonggaran saat kebenaran bisa menimbulkan mudarat lebih besar.

Dalam kondisi-kondisi ini, kebohongan bukanlah dosa, melainkan langkah bijak untuk menjaga kemaslahatan dan menghindari kerusakan yang lebih luas. Untuk itu, memahami dan mengetahui apa saja jenis kebohongan yang diperbolehkan dalam Islam menjadi penting, agar umat tidak salah kaprah dalam mempraktikkannya dan tetap berada dalam syariat yang benar.

Berikut ini dalil hadis dan sejumlah contoh kebohongan yang diperbolehkan dalam Islam, berdasarkan informasi yang telah dihimpun dari berbagai sumber.

Baca juga: Hoaks! Tautan kuota internet gratis sebesar 50 GB sambut Hari Kemerdekaan

Dalil hadis yang memperbolehkan berbohong

Ada satu cara yang tampak menyerupai kebohongan, namun sejati-nya tidak tergolong dusta. Dalam situasi terdesak, seseorang bisa menerapkan-nya untuk mencapai tujuan tanpa terjebak pada perbuatan yang dilarang.

Metode ini dikenal dengan nama “ma’aridh” atau tauriyah. Caranya adalah dengan mengucapkan kalimat yang memiliki makna ganda atau ambigu, sehingga lawan bicara menafsirkan-nya secara berbeda dari maksud yang sebenarnya.

Salah satu contohnya terdapat dalam hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. Dikisahkan, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam suatu ketika bepergian bersama istrinya, Sarah, melewati sebuah wilayah yang dipimpin oleh penguasa zalim.

Ketika penduduk setempat melihat kecantikan Sarah, mereka melaporkannya kepada sang raja. Raja ini dikenal memiliki kebiasaan merampas istri orang dan membunuh suaminya.

Penguasa itu pun mengirim prajurit untuk menanyai Nabi Ibrahim. “Siapa perempuan ini?” tanya mereka. Nabi Ibrahim menjawab, “Dia adalah saudari-ku.” Setelah itu, beliau menemui Sarah dan berkata:

> يا سارة ليس على وجه الأرض مؤمن غيري وغيرك، وإن هذا سألني فأخبرته أنك أختي فلا تكذبيني

Artinya: "Wahai Sarah, tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang beriman selain aku dan engkau. Tadi orang itu bertanya kepadaku, lalu aku menjawab bahwa engkau adalah saudari-ku. Karena itu, jangan engkau anggap aku berbohong”

Dalam hal ini, Nabi Ibrahim menggunakan kata “saudari” dengan maksud saudara seiman, bukan saudara kandung. Namun prajurit tersebut memahaminya sebagai saudara sedarah.

Inilah salah satu bentuk kebolehan menggunakan kalimat yang samar untuk melindungi diri atau menghindari bahaya yang lebih besar selama tujuan akhirnya adalah mewujudkan kemaslahatan dan tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain.

Dalam hadis lainnya, para ulama berlandaskan pada hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

> عن أم كلثوم بنت عقبة بن أبي معيط رضي الله عنها قالت: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: «ليس الكذَّابُ الذي يُصلِحُ بين الناس فيَنمِي خيرًا، أو يقول خيرًا»؛ متفق عليه

Artinya: "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Bukanlah termasuk pendusta orang yang berusaha memperbaiki hubungan antar manusia, lalu menyampaikan kebaikan atau berkata yang mengandung kebaikan.’"

Hadis ini menjadi dalil kuat bahwa kebohongan yang dimaksudkan untuk kemaslahatan, seperti mendamaikan pihak yang berseteru, tidak dianggap sebagai perbuatan tercela.

Baca juga: Akademisi Islam kaji fenomena hoaks dalam AICIS

Contoh kebohongan yang diperbolehkan dalam Islam

1. Tujuan yang baik

Jika suatu tujuan kebaikan dapat dicapai tanpa perlu berbohong, maka berbohong hukumnya tetap haram. Namun, apabila kebaikan tersebut mustahil terwujud kecuali dengan kebohongan, maka kebohongan tersebut dibolehkan.

Dari sisi hukum, kebohongan yang dimaksud bisa memiliki dua status, yakni mubah (boleh) atau wajib. Apabila tujuan yang hendak dicapai hukumnya mubah, maka kebohongan itu juga mubah. Tetapi jika tujuannya bersifat wajib, maka berbohong untuk mencapainya pun menjadi wajib.

2. Keselamatan jiwa dan harta

Contohnya, ketika seorang Muslim dicegat oleh kelompok musyrik yang berniat merampas hartanya, ia diperbolehkan bahkan diwajibkan untuk menyembunyikan fakta demi melindungi hartanya.

Begitu pula saat membawa titipan orang lain, lalu dihadang oleh pihak yang ingin merampasnya. Dalam kondisi tersebut, menyembunyikan kebenaran menjadi langkah yang dibenarkan syariat demi menjaga amanah.

3. Berkata tidak sesuai fakta untuk menyenangkan hati pasangan

Misalnya, ketika masakan seorang istri rasanya kurang sedap, sang suami tetap memujinya dan mengatakan “enak” demi menjaga perasaan. Hal ini dilakukan untuk menciptakan suasana rumah tangga yang harmonis dan menghindari perselisihan.

4. Menyampaikan informasi Palsu dalam perang untuk menyelamatkan nyawa

Dalam peperangan yang bertujuan membela agama, diperbolehkan menggunakan strategi untuk mengecoh musuh, termasuk menyampaikan informasi yang menyesatkan. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi pasukan dan menjaga keberlangsungan perjuangan.

5. Mengatakan hal yang tidak sebenarnya demi menciptakan perdamaian

Kadang, seseorang yang berselisih dengan orang lain menyimpan rasa dendam yang sulit dihapus. Dalam kondisi seperti ini, seorang perantara boleh mengatakan sesuatu yang dapat melunakkan hati kedua belah pihak, meskipun tidak sepenuhnya benar, demi menghapus permusuhan dan mengembalikan hubungan baik.

Baca juga: Hukum menyebarkan berita bohong dalam Islam

Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |