China rampungkan Proyek Sabuk Hijau untuk cegah ekspansi gurun

2 months ago 19

Yinchuan (ANTARA) - China pada Senin (30/6) mencapai tonggak sejarah besar dalam upaya pengendalian penggurunan atau desertifikasi dengan merampungkan sabuk penghalang hijau di sepanjang tepi tenggara Gurun Tengger yang terletak di Ningxia.

Di Desa Changliushui, Kota Zhongwei, para pekerja memasang baris terakhir penghalang berpola papan catur dari jerami (straw checkerboard), sebuah metode fiksasi pasir tradisional untuk menahan bagian terakhir dari bukit pasir yang terus bergeser di bagian Ningxia dari Gurun Tengger. Hal itu menandai rampungnya proyek pengendalian pasir yang berlangsung selama lebih dari enam dekade.

Metode fiksasi pasir tradisional ini dilakukan dengan menanam jerami dalam pola papan catur di permukaan gurun untuk menstabilkan pasir dan mencegah erosi akibat angin.

Pencapaian baru ini menandai rampungnya proyek sabuk penghalang hijau sepanjang 153 kilometer di Ningxia, yang lebarnya bervariasi antara 10 hingga 38 kilometer.

Secara sederhana disebut sebagai proyek penguncian tepi gurun, pendekatan ini dirancang untuk mengatasi pergeseran bukit pasir dengan menanam sabuk vegetasi di sepanjang tepi gurun, sehingga mencegah perluasan lebih lanjut.

Pengendalian pasir kerap mengalami kendala karena bukit pasir yang telah distabilkan dapat mulai bergeser kembali.

Untuk mencegah hal tersebut, para pekerja berencana menanam rumput dan semak-semak yang tahan terhadap kondisi gurun di dalam pola papan catur jerami saat musim hujan tiba. Setelah berakar, vegetasi tersebut diharapkan dapat menahan pasir secara permanen.

Sabuk hijau ini berfungsi sebagai garis pertahanan alami terhadap perluasan Gurun Tengger ke arah timur, yang mencakup area sekitar 43.000 kilometer persegi.

Zhongwei, yang terletak di antara Pegunungan Qilian dan Helan, merupakan satu-satunya gerbang bagi ekspansi Gurun Tengger ke arah timur. Para ahli mengatakan bahwa sabuk hijau ini akan berfungsi sebagai penyangga ekologis krusial untuk mencegah perluasan pasir lebih lanjut sekaligus melindungi Sungai Kuning.

Lu Qi, kepala ilmuwan di Akademi Kehutanan China, menyebutkan bahwa sabuk hijau tersebut dapat membantu mencegah gurun pasir meluas lebih jauh ke lahan pertanian, permukiman, oasis, dan jalanan, serta secara signifikan mengurangi sumber badai pasir.

Pembangunan sabuk hijau di Ningxia dimulai pada 1950-an, ketika metode straw checkerboard ditemukan untuk melindungi Jalur Kereta Baotou-Lanzhou, jalur kereta pertama di China yang melintasi kawasan gurun.

Otoritas setempat telah bekerja sama dengan lembaga-lembaga penelitian untuk menerapkan teknologi baru dalam pengendalian pasir, seperti lapisan kerak pasir buatan berbasis sianobakteri dan metode straw checkerboard yang telah disempurnakan.

Dalam dua tahun terakhir, investasi sebesar 2,6 miliar yuan (1 yuan = Rp2.265) telah dialokasikan untuk pembangunan sabuk hijau tersebut, yang merupakan bagian dari Program Hutan Penahan Angin Tiga Utara (Three-North Shelterbelt Forest Program/TSFP) China, program penghijauan terbesar di dunia untuk mengatasi desertifikasi.

Setelah upaya pengendalian pasir lintas generasi selama beberapa dekade terakhir, kota tersebut berhasil merampungkan pengendalian desertifikasi pada sekitar 370.000 hektare lahan, mendorong mundur gurun pasir sejauh kurang lebih 25 kilometer.

"Sabuk hijau penghalang pasir bukan hanya sekadar sarana pemulihan ekologis, tetapi juga praktik penting untuk hidup berdampingan secara harmonis antara manusia dan alam," ujar Lu.

Dia mengatakan hal itu juga menjadi referensi penting bagi pengembangan berkelanjutan daerah-daerah kering di seluruh dunia.

China berperan aktif dalam upaya pengendalian desertifikasi di tingkat global. Sejak menandatangani Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Memerangi Penggurunan (United Nations Convention to Combat Desertification/UNCCD) pada 1994, China menjadi pemimpin dalam menghentikan degradasi lahan dan membalikkan proses desertifikasi, serta secara konsisten berbagi pengalaman, teknologi, dan tenaga ahli dalam pengendalian pasir ke berbagai negara.

Dalam upaya terbarunya, Pusat Kerja Sama Pengendalian Penggurunan China-Asia Tengah, yang berbasis di Ningxia diresmikan pada Juni untuk mendorong kolaborasi internasional.

"Tujuan kami adalah untuk memberikan dorongan nyata dari China dalam tata kelola ekologis global dan pembangunan berkelanjutan," kata Wakil Direktur Pusat Kerja Sama Pengendalian Penggurunan China-Asia Tengah Dong Yanbiao.

Dia juga menambahkan bahwa pusat itu berencana memanfaatkan keunggulan teknologi, mengintegrasikan riset dalam negeri, dan membangun jaringan kerja sama.

Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |