BWI: Sekitar 40.000 aset wakaf bernilai ekonomis dan produktif

1 month ago 9
Selain untuk fungsi ibadah seperti masjid dan makam, wakaf juga digunakan untuk lembaga pendidikan, sosial, serta layanan publik seperti madrasah, sekolah, pesantren, bahkan kantor pemerintahan

Jakarta (ANTARA) - Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Kamaruddin Amin menyatakan dari sekitar 451.000 titik aset wakaf di seluruh Indonesia, sebanyak sembilan persen atau sekitar 40.000 titik dinilai memiliki nilai ekonomis dan dapat diproduktifkan.

"Ini adalah aset yang sangat strategis. Selain untuk fungsi ibadah seperti masjid dan makam, wakaf juga digunakan untuk lembaga pendidikan, sosial, serta layanan publik seperti madrasah, sekolah, pesantren, bahkan kantor pemerintahan," ujar Kamaruddin dalam Rakernas BWI di Jakarta, Selasa.

Kendati demikian, lanjutnya, potensi wakaf nasional yang sangat besar itu belum sepenuhnya tergarap secara optimal.

Kamaruddin menjelaskan dari 45.000 aset wakaf yang memiliki nilai ekonomis, sekitar 2.000 titik telah berhasil diproduktifkan. Pemanfaatannya beragam, mulai dari sektor pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, usaha mikro, hingga pom bensin.

Baca juga: BWI luncurkan Gerakan Indonesia Berwakaf dukung Indonesia Emas 2045

Di samping itu, kata dia, terdapat 1.100 kantor Kementerian Agama (Kemenag), termasuk Kantor Urusan Agama (KUA), yang berdiri di atas tanah wakaf.

"Dari hampir 6.000 kantor KUA di Indonesia, 1.100 dibangun di atas tanah wakaf. Ini membuktikan bahwa wakaf berkontribusi nyata dalam pelayanan publik," ujar dia.

"Kami menyadari bahwa apa yang sudah dilakukan saat ini baru sebagian kecil dari potensi besar yang bisa dikembangkan. Masih ada puluhan ribu titik tanah wakaf yang bisa kita produktifkan," ujarnya.

Ia mengajak para investor dan pihak yang memiliki kepedulian sosial untuk ikut mendukung pengembangan wakaf produktif di Indonesia.

Salah satu contoh wakaf produktif yang berhasil dikembangkan adalah Rumah Sakit Mata di Serang, Banten, yang dibangun di atas tanah wakaf dan telah memberikan layanan operasi katarak gratis kepada puluhan ribu warga.

Baca juga: Kemenag dan BWI rumuskan kerangka regulasi wakaf nasional

"Ini rumah sakit mata terbaik di Provinsi Banten dan seluruh operasinya didanai dari pemanfaatan aset wakaf. Tapi baru satu, kita ingin punya seribu. Ini menjadi motivasi kami untuk terus menggali dan memperluas praktik baik wakaf produktif," ujarnya.

Selain wakaf aset, Kamaruddin juga menyoroti potensi wakaf tunai atau wakaf uang. Berdasarkan kajian yang dilakukan bersama Baznas dan sejumlah lembaga otoritatif lainnya, potensi wakaf uang di Indonesia diperkirakan mencapai Rp181 triliun per tahun.

Namun hingga saat ini dana wakaf tunai yang berhasil dikumpulkan baru mencapai Rp3,5 triliun.

"Artinya, gap antara potensi dan realisasi masih sangat besar. Ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi kita untuk mengkapitalisasi potensi yang luar biasa ini," kata Kamaruddin.

Ia menambahkan BWI akan terus mendorong edukasi, sinergi kelembagaan, serta inovasi pengelolaan wakaf agar semakin banyak aset dan dana wakaf yang bisa memberikan manfaat luas bagi masyarakat.

Baca juga: BWI dan Bank Indonesia perlu ajak anak muda ikut berwakaf

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |