Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berupaya memperkuat ekosistem riset di wilayah Asia dengan menjadi tuan rumah pada The 9th Science and Technology in Society (STS) Forum ASEAN-Japan Conference.
Konferensi tahun ini mengangkat tema besar "Membangun Fondasi Kolaborasi Riset ASEAN-Jepang untuk Inovasi Berkelanjutan dan Masyarakat Masa Depan", dengan fokus utama meliputi pendanaan berkelanjutan, pemanfaatan infrastruktur terbuka, mobilitas periset, kegiatan riset interdisiplin, serta hilirisasi hasil riset melalui kerja sama dengan industri dan start-up.
"Kolaborasi ini memungkinkan para peneliti, pengusaha, dan industri untuk bekerja bersama, mempercepat komersialisasi hasil riset, dan menciptakan inovasi yang aplikatif untuk berbagai masalah kawasan," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko melalui keterangan di Jakarta, Kamis.
Handoko menekankan BRIN sebagai lembaga riset nasional memainkan peran strategis dalam mendorong kolaborasi regional.
Menurutnya, start-up juga dapat menjadi penggerak utama dalam transformasi digital dan inovasi perkotaan, dengan fokus pada solusi seperti mobilitas cerdas (smart mobility), energi terbarukan, dan sistem pelayanan publik yang lebih efisien.
"Melalui peluncuran skema pendanaan riset kolaboratif internasional, mobilitas periset, serta kebijakan open access untuk infrastruktur riset, BRIN berupaya membangun ekosistem riset dan inovasi yang inklusif dan berdampak bagi pembangunan nasional menuju Indonesia Emas 2045," ujarnya.
Sementara, Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BRIN Edy Giri Rachman Putra mengungkapkan tahun ini STS Forum memasuki edisi kesembilan dengan format baru, dari lokakarya menjadi konferensi, guna memperluas cakupan diskusi dan memperdalam keterlibatan lintas sektor dan negara.
Edy merinci forum ini meliputi tiga sesi utama. Pertama, Strengthening Research Funding, Infrastructure, and Innovation Ecosystems for Sustainable Innovation, yang membahas strategi penguatan kolaborasi riset melalui integrasi pendanaan, mobilitas periset, dan pengelolaan infrastruktur terbuka.
Kedua, Advancing Strategic Collaboration in Interdisciplinary Research Areas for Regional Development, yang secara khusus menyoroti kolaborasi riset lintas disiplin yang menjawab tantangan perubahan peradaban dan budaya menuju modern smart society.
"BRIN turut menginisiasi program riset di bidang sosial humaniora dan arkeologi yang berkontribusi pada narasi global tentang keberlanjutan dan kearifan lokal," jelas Edy.
Ketiga, lanjut Edy, Urban Innovation and Start-up Ecosystems. Sesi ini berfokus pada peran start-up dalam hilirisasi riset dan solusi inovatif bagi tantangan masyarakat urban di era digital.
"BRIN telah meluncurkan skema RIIM Startup untuk mendukung Perusahaan Pemula Berbasis Riset (PPBR) agar mampu berkontribusi secara nyata melalui inovasi teknologi," ungkapnya.
Menurutnya, onferensi ini memberikan kesempatan untuk mempertemukan pemikiran lintas disiplin, membuka peluang kolaborasi antar sektor, serta memperkuat sinergi antara riset dan dunia start-up.
"Dengan mengembangkan ekosistem yang mendukung pertumbuhan start-up berbasis riset, ASEAN dan Jepang dapat mendorong inovasi yang berdampak langsung pada kehidupan masyarakat, menciptakan kota cerdas yang lebih inklusif dan berkelanjutan," ucap Edy Giri Rachman Putra.
Baca juga: BRIN manfaatkan spirulina untuk ciptakan pakan ternak produktif
Baca juga: BRIN kukuhkan lima profesor riset baru ilmu tanah hingga elektrokimia
Baca juga: BRIN kukuhkan lima profesor riset baru ilmu tanah hingga elektrokimia
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































