BRIN pastikan fasilitas arkeologi sesuai standar repatriasi

2 months ago 23

Kabupaten Bogor (ANTARA) - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko memastikan bahwa fasilitas penyimpanan koleksi ilmiah arkeologi yang dimiliki Indonesia telah memenuhi standar internasional.

“Seluruh koleksi ilmiah arkeologi, artefak, epofak, manuskrip, termasuk data tradisi lisan dan bahasa lokal saat ini disimpan dengan sistem terstandar di fasilitas kami," kata Handoko di kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno di Cibinong, Kabupaten Bogor, Senin.

Ia mengatakan, fasilitas penyimpanan tersebut merupakan gedung koleksi hayati BRIN, yang sejatinya diperuntukkan bagi spesimen flora dan fauna.

Namun, demi menjamin perlindungan koleksi arkeologi, gedung ini juga dimanfaatkan karena sistem penyimpanan dan peralatannya telah memenuhi syarat riset lanjutan yang akurat dan aman.

Baca juga: BRIN dorong kemudahan akses dalam memperoleh informasi geospasial

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko memberikan sambutan saat meninjau kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Senin (30/6/2025). (ANTARA/Adimas Raditya)

Menurut Handoko, koleksi ilmiah arkeologi menjadi dasar penting dalam riset lanjutan untuk pembuktian makna dan narasi sejarah secara ilmiah.

BRIN telah menyiapkan peralatan canggih untuk karakterisasi dan analisis lanjutan, seperti teknologi arkeometri yang dapat mengungkap pola makan manusia purba dari sisa lambungnya.

Ia menjelaskan, semua informasi digital dari koleksi akan diekstraksi dan disimpan dalam sistem penyimpanan data berkapasitas tinggi agar dapat diakses tanpa harus mengganggu objek asli.

Dengan demikian, koleksi arkeologi dapat dimanfaatkan lebih luas untuk penelitian dan edukasi tanpa risiko kerusakan.

Menurut dia, hal ini menjadi langkah strategis dalam mendukung program repatriasi benda-benda arkeologi ke Tanah Air yang sedang digiatkan pemerintah.

Baca juga: BRIN dorong implementasi tenaga nuklir untuk ketahanan pangan RI

“Kami bertugas membuktikan secara saintifik agar koleksi ini diakui global, kemudian diserahkan ke Kementerian Kebudayaan sebagai warisan budaya,” kata Handoko.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menegaskan pentingnya sinergi antara penelitian dan pelestarian warisan budaya dalam mendukung program repatriasi arkeologi nasional.

Menurut Fadli, fasilitas BRIN telah memenuhi standar penyimpanan koleksi ilmiah, baik dari sisi teknis maupun riset lanjutan.

Ia menyampaikan apresiasi atas kesiapan BRIN dalam memastikan koleksi arkeologi seperti artefak, ekofak, dan naskah kuno tetap terjaga serta dapat dikaji secara saintifik.

"Pelestarian warisan budaya bukan sekadar kerja sektoral, tapi kerja peradaban. Kolaborasi dengan BRIN penting agar artefak tidak hanya disimpan, tetapi diteliti dan dihidupkan kembali sebagai bagian dari narasi sejarah bangsa," ujar Menbud Fadli Zon.

Baca juga: BRIN minta pemda aktif melaporkan inovasi pembangunan berkelanjutan

Baca juga: Solstis utara, BRIN paparkan pentingnya edukasi tentang astronomi

Baca juga: Peneliti BRIN : Pulau Pekajang secara historis masuk wilayah Lingga

Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |