Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi Eddy Hartono mengatakan bahwa kolaborasi lintas sektoral antara pemerintah, DPR, dan masyarakat, merupakan kunci upaya pencegahan intoleransi dan radikalisme.
Dia menyebut acara semacam dialog kebangsaan yang melibatkan berbagai elemen masyarakat bukan sekadar kegiatan seremonial biasa. Berdasarkan riset Setara Institute tahun 2023, salah satu penyebab utama tumbuhnya intoleransi adalah minimnya ruang dialog dan diskusi antarwarga.
"Karena itu, forum seperti ini harus terus diperbanyak. Dialog dapat menjadi sarana untuk mengatasi hambatan informasi dan mencegah permasalahan sejak dini," kata Eddy saat menghadiri kegiatan dialog kebangsaan di Temanggung, Jawa Tengah, Kamis.
Dia menjelaskan bahwa toleransi sejatinya adalah proses membangun kesadaran dan etika kolektif. Toleransi itu mudah diucapkan, tapi dalam praktiknya membutuhkan pengorbanan, yaitu kemampuan untuk saling menghargai, memahami, dan menerima perbedaan.
Indonesia, kata dia, adalah negara yang diberkahi keragaman luar biasa dengan lebih dari 17 ribu pulau dan enam agama yang diakui.
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 29 telah secara tegas menjamin kemerdekaan warga negara untuk memeluk agama dan beribadah sesuai keyakinannya.
"Prinsip toleransi adalah saling menghormati dan menghargai perbedaan. Banyak negara di dunia datang ke Indonesia untuk belajar, terutama tentang kehidupan sosial dan keberagaman," katanya.
Baca juga: BNPT tegaskan pentingnya pencegahan paham kekerasan sejak dini
Dia menambahkan bahwa toleransi dan moderasi beragama adalah dua konsep yang tidak terpisahkan.
Moderasi beragama, menurutnya, memiliki tiga pilar utama, yakni komitmen kebangsaan, antikekerasan, dan penerimaan terhadap kearifan lokal.
"Komitmen kebangsaan diwujudkan melalui kesetiaan pada ideologi Pancasila. Ini termaktub dalam sila pertama—Ketuhanan Yang Maha Esa, dan sila ketiga—Persatuan Indonesia. Founding fathers kita sangat visioner dalam merumuskan dasar negara," kata dia.
Baca juga: BNPT tingkatkan kesiapan kalurahan di Sleman deteksi dini terorisme
Kepala BNPT juga mengingatkan bahwa intoleransi tumbuh dari tiga lingkungan utama, yakni keluarga, pendidikan, dan media sosial.
Dia menjelaskan keluarga adalah pranata sosial terkecil dan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Nilai toleransi harus ditanamkan sejak dini dari rumah.
Untuk di sektor pendidikan, menurut dia, BNPT terus berkoordinasi dengan Kemendikbud dan Kemenag untuk menyisipkan nilai-nilai toleransi dalam kurikulum sekolah dan pesantren.
Bahkan, sejumlah eks anggota kelompok radikal yang telah kembali ke pangkuan NKRI kini aktif membina pesantren dengan pendekatan moderat.
"Ketiga, media sosial. Di sinilah tantangan besar kita. Gen Z tumbuh dan berkembang di ruang digital. Maka dari itu, BNPT membentuk Duta Damai Dunia Maya di setiap provinsi. Mereka inilah yang aktif menyebarkan pesan-pesan damai di platform digital," katanya.
Baca juga: BNPT: Sistem pengamanan terorisme Pelabuhan Benoa memenuhi standar
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.