Berkurban sambil memberdayakan peternak di pelosok timur Indonesia

4 hours ago 5
Dari kandang sederhana di timur, kurban tumbuh sebagai simbol pemberdayaan yang melintasi batas geografi dan memberi arti baru pada sebuah ibadah tahunan. 

Ambon (ANTARA) - Di balik hiruk-pikuk Idul Adha di kota besar, ada kisah senyap yang tumbuh pelan-pelan di pedalaman Maluku. Di sana, di antara lembah dan kebun cengkih, ada program yang hadir bukan hanya untuk menyembelih hewan kurban, tetapi menanam harapan lewat pemberdayaan peternak lokal.

Program pemberdayaan peternak ini berangkat dari satu pertanyaan sederhana: Mengapa tidak menggerakkan ekonomi desa sambil menjalankan ibadah kurban?

Organisasi Human Initiative, yang menggelar program tersebut, memulai dengan mendata peternak di beberapa kabupaten di Maluku, mendampingi mereka dengan pelatihan dasar: perawatan ternak, penggemukan, manajemen kandang, hingga standar kelayakan kurban, lalu menjadikan mereka mitra.

“Kalau masyarakat ikut lebih banyak, stok yang bisa kami siapkan juga makin besar. Ini kerja bersama,” kata Wakil Presiden Human Initiative Bambang Suherman.

Ia menyampaikan bahwa momentum Idul Adha adalah waktu yang tepat untuk memperkuat jejaring kebaikan. Itu tidak lain karena kurban bukan hanya ritual ibadah, tetapi juga bentuk nyata dari solidaritas dan keberpihakan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Dengan prinsip keterjangkauan, sesuai syariat, dan berdampak luas, program ini dirancang untuk menghadirkan manfaat yang menyeluruh, tidak hanya secara spiritual, tetapi juga sosial dan ekonomi.

Baca juga: Ombudsman: Perlindungan peternak merupakan hak yang harus dipenuhi

Kurban yang Menghidupi

Ada skema yang berbeda diterapkan program itu. Mereka tidak hanya membeli hewan, tetapi juga mendampingi proses perawatan sejak jauh hari. Hasilnya, kualitas ternak meningkat, dan peternak punya kepastian pasar.

Aris Efendi, peternak di Nunusaku, Maluku Tengah, yang menjadi mitra, mengatakan, ini bukan soal keuntungan semata. Ini soal rasa dihargai.

Program ini juga memberi dampak ke warga sekitar. Limbah ternak dimanfaatkan untuk pupuk. Hingga ada tren bahwa anak-anak muda mulai tertarik memelihara ternak.

Dalam program ini, yang diukur bukan hanya keberhasilan dari jumlah hewan kurban yang disalurkan, tetapi dari seberapa banyak peternak yang ikut tumbuh bersama.

Di lapangan, distribusi daging ke daerah-daerah rawan pangan, daerah pesisir, dan dusun-dusun yang selama ini luput dari radar bantuan juga difasilitasi.

Semua dilakukan dengan pendekatan gotong royong, warga lokal ikut bantu mengangkut, masjid setempat jadi pos distribusi, anak muda jadi relawan.

Sejumlah peternak telah terlibat di Maluku sejak program dimulai, tersebar di Kota Ambon, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Maluku Tengah, dan Pulau Buru.

Rencananya, Untuk Idul Adha 2025, di Maluku akan disiapkan hewan kurban berupa 450 sapi. Jumlah ini meningkat pesat dari tahun sebelumnya yang sekitar 100 sapi.

Untuk memastikan penyalurannya merata dan sesuai kebutuhan tiap-tiap wilayah, organisasi itu memastikan pihaknya telah bekerja sama dengan berbagai jaringan masyarakat. Termasuk memastikan sejak awal daftar penerima manfaat hingga mekanisme pendistribusiannya setelah daging-daging tersebut disembelih.

Baca juga: Istiqlal: Hari raya wadah saling berbagi agar intoleransi bisa ditekan

Kurban yang Menyambung Kehidupan

Kegiatan di kawasan timur Indonesia yang jauh dari sorotan itu membuktikan bahwa berkurban bukan hanya ibadah tahunan, melainkan momentum tahunan untuk membangun kemandirian.

Program itu tidak datang hanya membawa daging, tetapi juga menanam ilmu, kepercayaan, dan harapan. Dan di balik setiap kambing yang dikurbankan, ada tangan-tangan peternak kecil yang pelan-pelan mulai tegak berdiri.

“Mereka datang bukan untuk kasih bantuan. Mereka datang untuk membangun, memberi manfaat,” kata Aris, sambil menatap kandangnya yang kini berdiri lebih rapi dari sebelumnya.

Kandangnya yang masih koloni itu cukup luas dengan rerumputuan liar yang selalu disantap sapinya. Namun di tengah kesederhanaan itu, berdirilah satu struktur yang membuat kandang ini berbeda, yakni tersedia kandang jepit sebagai pengganti timbangan.

Proses memeriksa kelayakan sapi yang akan dikurbankan di kandang jepit, Kecamatan Amahai, Maluku Tengah. (ANTARA/Winda Herman)

Terbuat dari kayu ulin dan balok tua, kandang jepit itu berdiri tegak di sisi utama kandang. Ukurannya sempit, hanya cukup untuk satu sapi berdiri. Tapi di sanalah titik paling penting dari seluruh proses perawatan. “Kalau saya mau tahu sapi ini layak atau tidak, ya sapi itu harus masuk dulu di sini,” kata lelaki berusia 43 tahun itu.

Begitu sapi masuk dan diikat pelan, ia mulai memeriksa dari gigi, untuk tahu usia sebenarnya, sampai lingkar dada dan panjang badan, yang ia ukur pakai pita ukur lusuh. “Ini yang saya kirim nanti buat kurban. Jadi harus sehat, harus benar,” katanya.

Lokasi kandangnya 14 kilometer dari jalan raya kota. Tapi jangan bayangkan jalan itu beraspal mulus. Untuk mencapai kandang itu, orang perlu menyusuri jalur tanah merah yang berubah jadi kubangan saat hujan. Lumpur seringkali menahan laju kendaraan, membuat perjalanan yang seharusnya satu jam, bisa menjadi lebih dari dua jam.

Di daerah kecil di Maluku, kurban bukan lagi soal datang dan potong. Ia menjadi proses membangun kepercayaan, mengangkat ekonomi, dan menyambungkan harapan. Dari kampung ke kota, dari peternak ke penerima, kurban menjadi jembatan yang menyatukan.

Dan di situlah letak maknanya, dari kandang sederhana di timur, kurban tumbuh sebagai simbol pemberdayaan yang melintasi batas geografi dan memberi arti baru pada sebuah ibadah tahunan.

Di ujung timur Indonesia, kurban bukan lagi soal sembelih dan selesai. Ia menjelma menjadi jalan panjang pemberdayaan yang seringkali luput dari sorotan, tapi tak pernah luput dari makna.

Program ini bukan sekadar upaya pemerataan daging kurban, tetapi juga menunjukkan bentuk nyata dari solidaritas sosial dan kepedulian antarsesama. Serta, berkomitmen untuk menjangkau masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan selama ini kekurangan hewan kurban.

Baca juga: Program Balai Ternak Baznas tingkatkan ekonomi peternak di Banyumas

Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |