Badan Kemanusiaan PBB khawatir soal eskalasi konflik di Sudan

1 month ago 15

New York (ANTARA) - Badan-badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (4/8) menyatakan keprihatinan mendalam atas meningkatnya konflik, bertambahnya korban sipil, dan memburuknya kondisi kemanusiaan di Sudan.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA) memberikan pembaruan mengenai tragedi kemanusiaan yang terus berlangsung di berbagai penjuru negara itu.

"Rekan-rekan humanitarian kami menyampaikan bahwa pertempuran sengit terus terjadi di Negara Bagian Darfur Utara, dengan banyak laporan mengenai korban sipil dalam beberapa hari terakhir," kata OCHA. Badan PBB itu menambahkan bahwa di El Fasher, ibu kota Negara Bagian Darfur Utara, bentrokan meletus pada Jumat (1/8) dan Sabtu (2/8), menyusul pertempuran sebelumnya antarkelompok bersenjata, termasuk di sekitar kamp pengungsi Abu Shouk.

Kamp tersebut saat ini menampung 25.000 orang.

OCHA menyebutkan bahwa setahun setelah bencana kelaparan terkonfirmasi di Zamzam, sebuah kamp pengungsi lain di pinggiran El Fasher, kota tersebut masih terkepung, dan warganya menghadapi kelaparan. Tidak ada pengiriman bantuan makanan melalui jalur darat (jalan) selama lebih dari setahun.

Di Negara Bagian Kordofan Utara, Kota Um Sumeima dilaporkan beberapa kali "berpindah tangan" dalam beberapa pekan terakhir, menunjukkan betapa tidak stabilnya garis depan, ungkap OCHA. Warga sipil tetap terjebak dan akses mereka terhadap bantuan sangat terbatas.

OCHA juga melaporkan bahwa wabah kolera terus menyebar dengan cepat di Darfur.

Di Darfur Utara, khususnya di wilayah Tawila, hampir 1.200 kasus kolera telah dilaporkan sejak akhir Juni, termasuk sekitar 300 kasus pada anak-anak dan setidaknya 20 kematian.

Di Darfur Selatan, otoritas kesehatan mencatat lebih dari 1.100 kasus dugaan kolera dan 64 kematian sejak akhir Mei, dengan laporan terbaru menunjukkan tingkat kematian kasus lebih dari 6 persen. Kelangkaan pasokan medis, air bersih, dan layanan sanitasi sangat menghambat respons kemanusiaan, kata OCHA.

Di Negara Bagian Khartoum, OCHA melaporkan konfirmasi keberadaan ranjau darat di berbagai lokasi. Ranjau antipersonel dan antikendaraan ditemukan di Mogran, Omdurman, dan Bahri.

"Ranjau-ranjau ini tidak hanya melukai dan membunuh warga sipil, tetapi juga menghalangi akses menuju layanan kesehatan, pasar, dan bantuan kemanusiaan," lanjut OCHA.

OCHA menyebutkan bahwa banjir di Negara Bagian Nil Biru telah menyebabkan lebih dari 100 orang mengungsi di Ed Damazine, ibu kota negara bagian tersebut, serta menghancurkan sedikitnya 200 tenda di kamp Al-Karama pada Jumat. Ini menjadi tantangan terbaru yang dihadapi orang-orang yang mengungsi dari rumah mereka akibat konflik.

"Di tengah krisis yang bertumpang tindih ini, OCHA sekali lagi menyerukan akses kemanusiaan yang berkelanjutan di seluruh Sudan dan peningkatan dukungan internasional bagi masyarakat rentan di negara tersebut," kata badan kemanusiaan itu.

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |