Aura Farming Pacu Jalur, panen wisata Indonesia di panggung dunia

2 months ago 19

Jakarta (ANTARA) - Pacu Jalur mampu menyelinap dengan cantik dan penuh pesona di tengah hiruk pikuk konten digital yang membanjiri lini masa. Fenomena visual menarik dari Tepian Narosa, Teluk Kuantan, Riau, itu berhasil mencuri perhatian dunia.

Bukan sekadar perlombaan perahu tradisional Pacu Jalur, melainkan aksi "tukang tari" cilik yang beraksi di ujung haluan perahu yang melaju kencang.

Gerakan penari Pacu Jalur itu penuh karisma, penghayatan, dan keberanian, dan secara instan menyebar viral, bahkan menginspirasi ikon-ikon global, mulai dari maskot klub sepak bola AC Milan, hingga pembalap MotoGP Marc Marquez.

Fenomena Pacu Jalur inilah yang memicu gagasan tentang aura farming, satu praktik yang mengoptimalkan daya tarik visual dan emosional dari sebuah momen budaya untuk menciptakan gelombang viral masif, memosisikannya sebagai narasi baru dalam promosi pariwisata.

Konsep aura farming ini pada dasarnya adalah kemampuan mengekstrak dan memproyeksikan inti karisma, kekuatan, atau keindahan yang melekat pada individu atau aktivitas budaya.

Dalam lanskap media sosial saat ini, di mana perhatian adalah komoditas paling berharga, kemampuan menciptakan momen visual kuat dan sarat emosi, seperti pada fenomena Pacu jalur, menjadi kunci. Ini bukan semata-mata soal popularitas instan, melainkan bagaimana kita mengomunikasikan nilai-nilai luhur dan keunikan budaya dengan cara relevan bagi khalayak global.

Fenomena Pacu Jalur ini juga sejalan dengan tren pariwisata pascapandemi yang semakin mengedepankan pengalaman autentik dan bermakna.

Memanen "aura"

Jika Pacu Jalur adalah kasus studi sukses, maka potensi "memanen aura" di seluruh Nusantara sejatinya tidak terbatas.

Selain Pacu Jalur, Indonesia, dengan lebih dari 17.000 pulau dan kekayaan budaya yang diakui UNESCO, melalui berbagai warisan tak benda, adalah museum hidup yang menyimpan "aura" tidak terhingga.

Mari kita telaah beberapa di antaranya.

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |