Artikel: Reinkarnasi Buddha tak pernah ditentukan Individu (Bagian 1)

1 day ago 6

Beijing (ANTARA) - Baru-baru ini, kelompok Dalai dan kekuatan anti-China internasional bersekongkol untuk mengangkat isu reinkarnasi Buddha Hidup dalam Buddhisme Tibet, dengan klaim bahwa hal tersebut merupakan urusan internal keagamaan yang harus ditentukan oleh individu yang bereinkarnasi itu sendiri.

Namun, fakta sejarah menunjukkan reinkarnasi para Buddha Hidup dalam Buddhisme Tibet, termasuk proses pencarian dan penetapan Dalai Lama secara turun-temurun, tidak pernah mengikuti preseden semacam itu.

Reinkarnasi Buddha Hidup bukanlah semata-mata urusan internal keagamaan, dan bukan pula hanya "hubungan takdir unik" sebagaimana diklaim oleh Dalai Lama ke-14. Sebaliknya, proses ini mencerminkan kedaulatan nasional, otoritas pemerintahan, prinsip keagamaan, serta sentimen penganut awam.

Reinkarnasi Dalai Lama tidak pernah ditentukan oleh individu yang bereinkarnasi

Reinkarnasi Buddha Hidup dalam Buddhisme Tibet tidak pernah ditentukan oleh individu yang bereinkarnasi. Prinsip ini secara khusus berlaku pada garis keturunan reinkarnasi Dalai Lama. Sistem garis keturunan reinkarnasi Dalai Lama yang sahih dimulai dari Dalai Lama ketiga, Sonam Gyatso, sementara Dalai Lama pertama dan kedua diakui secara anumerta oleh komunitas keagamaan.

Sejumlah catatan seperti biografi Dalai Lama ketiga, Sonam Gyatso, mendokumentasikan kelahirannya di sebuah lokasi dekat Lhasa (sekarang berada di Distrik Doilungdeqen, Lhasa) pada 1543 dan pengamatan selanjutnya terhadap sejumlah tanda yang mengarah pada identifikasinya sebagai kandidat reinkarnasi.

Pada 1544, murid-murid mendiang Gendun Gyatso dari Biara Drepung mengunjungi Sonam Gyatso. Mereka memverifikasi reinkarnasi melalui sejumlah tes seperti meminta anak tersebut untuk mengidentifikasi patung Buddha dan tasbih milik Gendun Gyatso.

Setelah bertahun-tahun investigasi oleh para biksu keagamaan terkemuka dan dengan persetujuan dari pemimpin pemerintahan daerah Phagmodrupa di Xizang pada waktu itu, upacara penobatan resmi diadakan pada 1547 untuk Sonam Gyatso di Biara Drepung, yang dalam kesempatan itu dia diakui sebagai "Buddha Hidup Drepung". Desi (kepala pemerintahan) dari pemerintah Phagmodrupa memimpin upacara tersebut dan mengeluarkan pengumuman resmi.

Fakta-fakta ini menunjukkan dengan jelas bahwa Buddha Hidup Drepung diidentifikasi dan ditetapkan melalui prosedur dan ritual keagamaan kolektif oleh biksu-biksu terkemuka dari sekte Gelug dalam Buddhisme Tibet di Lhasa, dengan persetujuan dari pemerintah daerah di Xizang.

Pada 1578, Sonam Gyatso dianugerahi gelar kehormatan "Dalai Lama Vajradhara, Yang Mahatahu dan Memiliki Kesucian" oleh Altan Khan, pemimpin suku Tumet Mongol, yang sebelumnya menerima gelar Pangeran Shunyi dari pemerintah Dinasti Ming. Inilah pertama kalinya Buddha Hidup Drepung disebut sebagai Dalai Lama.

Dalai Lama keempat, Yonten Gyatso, adalah cicit dari Altan Khan. Dengan dukungan suku Tumet Mongol, delegasi dari tiga biara utama di Lhasa melakukan perjalanan ke Mongolia Dalam pada 1592 untuk menyelidiki identitasnya. Setelah mengantongi persetujuan dari Desi Phagmodrupa, Raja Nampar Jeva dari Tsang, upacara penobatannya diadakan di Biara Raiqen pada 1603.

Dalai Lama kelima, Ngawang Lobsang Gyatso, dipilih oleh kelompok monastik sekte Gelug di Biara Raiqen pada 1622 dari tiga kandidat reinkarnasi melalui prosedur pengundian dan disetujui untuk dinobatkan oleh pemerintah daerah di Xizang. Prosedur pengakuan Dalai Lama kelima ini memiliki relevansi penting terhadap sistem pengundian dengan guci emas yang kemudian diterapkan oleh pemerintah Dinasti Qing (1644-1911).

Dalam sejarah Xizang, pernah ada masa ketika tiga individu berbeda diakui sebagai Dalai Lama keenam, yang mencerminkan perselisihan yang rumit dan saling terkait di Xizang saat itu. Atas permintaan kelompok monastik sekte Gelug dan pemerintah daerah di Xizang, pemerintah pusat Dinasti Qing secara berturut-turut mengakui Tsangyang Gyatso, Yeshe Gyatso, dan Kelsang Gyatso sebagai Dalai Lama keenam. Kelsang Gyatso wafat pada 1757. Pada 1762, dengan persetujuan dari pemerintah Dinasti Qing, reinkarnasinya, Jampel Gyatso, dinobatkan di Istana Potala.

Baru pada 1780, ketika Panchen keenam melakukan perjalanan ke Chengde untuk menyampaikan ucapan selamat ulang tahun kepada Kaisar Qianlong dan melaporkan hal tersebut, sang kaisar menerima permohonan dari Panchen dan para pemimpin Buddha Tibet lainnya untuk secara resmi mengakui Jampel Gyatso sebagai Dalai Lama kedelapan.

Pada 1781, ketika Kaisar Qianlong secara resmi menganugerahkan gelar Dalai Lama kedelapan, dia juga mengukuhkan Kelsang Gyatso sebagai Dalai Lama ketujuh dan Tsangyang Gyatso sebagai Dalai Lama keenam. Hal ini menandai klarifikasi langsung dan pengurutan garis keturunan reinkarnasi Dalai Lama dari perspektif pemerintah pusat, menyoroti otoritas pemerintah pusat dalam mengatur isu reinkarnasi Dalai Lama.

Untuk mencegah individu menggunakan kekuasaan sewenang-wenang serta memastikan kesucian dan kemurnian proses reinkarnasi, sistem undian guci emas diterapkan pada 1793.

Sejak saat itu, identifikasi reinkarnasi untuk Dalai Lama dan Panchen Erdeni dilakukan melalui penarikan undian dari guci emas atau melalui pengecualian khusus yang diberikan oleh pemerintah pusat.

Secara historis, Dalai Lama kesembilan, ke-13, dan ke-14 dibebaskan dari proses undian guci emas dengan persetujuan khusus dari pemerintah pusat, sementara Dalai Lama ke-10, ke-11, dan ke-12 diakui melalui upacara penarikan undian guci emas. Semua Dalai Lama yang disebutkan di atas secara resmi disetujui oleh pemerintah pusat.

Fakta-fakta sejarah ini sepenuhnya menunjukkan bahwa reinkarnasi Dalai Lama secara berturut-turut selalu dicari dan diidentifikasi melalui prosedur keagamaan oleh komunitas biarawan sekte Gelug, dengan persetujuan pemerintah. Tidak pernah ada kasus di mana keputusan dibuat secara sepihak oleh individu yang bereinkarnasi.

(Bersambung ke Bagian 2)

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |