Jakarta (ANTARA) - OCD atau Obsessive-Compulsive Disorder bukan sekadar kebiasaan remeh. Gangguan ini melibatkan dua elemen utama yaitu obsesi (pemikiran mengganggu) dan kompulsi (perilaku berulang).
Meskipun sering kali berhubungan, keduanya bekerja dengan cara yang berbeda dan bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Memahami perbedaan antara obsesi dan kompulsi dapat membantu kita lebih mengenal dampak gangguan ini pada penderitanya.
Apa itu OCD?
OCD adalah gangguan mental yang membuat penderitanya mengalami pemikiran yang mengganggu atau obsesi yang kemudian mendorong mereka untuk melakukan perilaku berulang yang disebut kompulsi, hal itu dilakukan untuk meredakan kecemasan yang timbul akibat obsesi tersebut. Meskipun perilaku kompulsif ini sementara bisa mengurangi kecemasan, mereka hanya bersifat sementara dan masalahnya sering kali kembali lagi.
Gejala OCD
Gejala utama OCD adalah obsesi dan kompulsi yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Contohnya, gejala ini bisa membuat seseorang terlambat datang ke pekerjaan karena terlalu lama melakukan ritual tertentu, atau membuatnya menghabiskan waktu lebih lama dari seharusnya untuk kegiatan seperti tidur atau bersiap beraktivitas.
Meski penderita sadar bahwa gejalanya bermasalah, mereka merasa kesulitan untuk menghentikan perilaku tersebut. Gejala OCD bisa datang dan pergi, membaik, atau justru semakin memburuk dari waktu ke waktu.
Obsesi dalam OCD
Pada OCD, obsesi adalah pemikiran atau gambar mental yang mengganggu dan menimbulkan kecemasan berat. Penderita OCD tidak bisa mengendalikan pikiran ini, meskipun mereka sadar bahwa pikiran tersebut tidak rasional atau berlebihan.
Contoh obsesi yang umum meliputi:
- Takut berlebih terpapar kuman atau kontaminasi.
- Takut menyebabkan kecelakaan atau membahayakan orang lain karena kelalaian.
- Pemikiran yang tidak diinginkan terkait dengan seksualitas.
- Takut melakukan kesalahan.
- Kekhawatiran tentang moralitas (benar atau salah).
- Perasaan ragu atau jijik berlebih.
- Keinginan untuk keteraturan, kerapian, atau kesempurnaan.
- Kebutuhan untuk mendapat jaminan secara berulang.
Kompulsi dalam OCD
Kompulsi adalah perilaku berulang yang dilakukan untuk meredakan kecemasan yang ditimbulkan oleh obsesi. Meskipun penderita OCD tidak ingin melakukan perilaku ini dan tidak merasa senang melakukannya, mereka merasa terpaksa melakukannya agar kecemasan mereka tidak semakin parah. Namun, kompulsi ini hanya memberi bantuan sementara, dan biasanya kecemasan akan kembali lagi setelah beberapa saat.
Contoh kompulsi meliputi:
- Menata barang-barang dengan cara tertentu, seperti mengatur meja atau lemari dengan sangat rapi.
- Mandi atau mencuci tangan berulang kali.
- Mengumpulkan barang-barang yang sebenarnya tidak berguna.
- Memeriksa sesuatu secara berulang, misalnya memastikan pintu terkunci atau saklar mati.
- Mencari jaminan dari orang lain secara terus-menerus.
- Melakukan ritual terkait angka, seperti menghitung sesuatu atau melakukan tugas tertentu beberapa kali.
- Mengucapkan kata-kata atau doa tertentu dalam situasi yang tidak berhubungan.
Kompulsi juga bisa termasuk menghindari situasi yang memicu obsesi, seperti menghindari berjabat tangan atau menyentuh benda yang sering disentuh orang lain.
Penting untuk diingat bahwa ada perbedaan besar antara menjadi seorang perfeksionis yang ingin segala sesuatu berjalan dengan sempurna dan memiliki OCD. OCD bukan hanya kekhawatiran berlebihan tentang hal-hal nyata atau keinginan untuk memiliki segala sesuatu yang rapi, melainkan sebuah gangguan yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang.
Jangan mendiagnosa diri sendiri
Penting untuk tidak mendiagnosa diri sendiri jika Anda merasa memiliki gejala OCD. Hanya seorang profesional medis atau psikolog yang dapat memberikan diagnosis yang tepat setelah evaluasi yang menyeluruh. Jika Anda atau orang terdekat Anda merasa gejala OCD mengganggu aktivitas sehari-hari, segera konsultasikan dengan dokter atau tenaga medis profesional.
Baca juga: Mitos seputar OCD yang sering disalahpahami dan faktanya
Baca juga: Diet sehat, ini 9 jenis program yang populer dan aman ini
Baca juga: Kenali OCD, gangguan kesehatan mental dengan prevalensi 2% di seluruh dunia
Pewarta: Allisa Luthfia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025