Permabudhi: Moderasi beragama penting untuk redam ideologi ekstrem

15 hours ago 5
"Pendekatan ini mengajarkan bahwa perdamaian bukan hanya tentang menghindari konflik, tetapi juga tentang membangun kesadaran kolektif untuk hidup berdampingan dengan saling menghormati,”

Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) Philip Kuntjoro Widjaja mengatakan bahwa moderasi beragama antar lintas agama merupakan hal yang penting untuk meredam ideologi ekstrem guna mewujudkan kedamaian.

Dia mengatakan kebijaksanaan untuk perdamaian adalah konsep yang menekankan pentingnya pemahaman, toleransi, dan introspeksi dalam menciptakan harmoni sosial. Kebijaksanaan membangun individu diperlukan untuk mengatasi perbedaan dengan sikap terbuka, menghindari konflik, dan membangun hubungan yang lebih kuat berdasarkan penghormatan dan empati.

"Pendekatan ini mengajarkan bahwa perdamaian bukan hanya tentang menghindari konflik, tetapi juga tentang membangun kesadaran kolektif untuk hidup berdampingan dengan saling menghormati,” kata Philip di Jakarta, Rabu.

Ia mengungkapkan makna tema Hari Raya Waisak tahun 2025 yang berjudul "Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan Mewujudkan Perdamaian Dunia". Menurut dia, tema ini memiliki makna yang sangat mendalam, baik dari sisi spiritual maupun sosial, terutama bagi umat Buddha dan masyarakat Indonesia yang plural.

Dia menganggap bahwa pengendalian diri bagaikan seni mengemudi, seperti halnya pengemudi harus tahu kapan harus menginjak pedal gas, berhenti, berbelok, atau mengerem ketika mengemudi. Begitupun dalam setiap aspek kehidupan, menurut dia, seseorang harus bisa mengontrol diri agar tidak terjerembab dalam keterpurukan.

“Jadi tidak hanya ngerem saja, tapi kita juga harus menyesuaikan dengan situasi dan kondisi untuk bisa mengendalikan diri,” katanya.

Menurut dia, Hari Raya Waisak bukan sekadar hanya perayaan momentum keagamaan, melainkan sebagai refleksi dan internalisasi semangat spiritual menuju pencerahan sejati.

Dalam perayaan Waisak, umat Buddha diajak untuk menyelami tiga peristiwa suci yang dialami oleh Sidharta Gautama atau Sang Buddha untuk memperoleh pencerahan dan kedamaian antar makhluk hidup.

Untuk itu, dia mengatakan bahwa generasi muda memiliki tantangan besar untuk berkolaborasi dalam mewujudkan dunia yang lebih baik.

"Semangat moderasi beragama, yang berada di tengah (moderat), tidak condong ke kanan dan ke kiri, juga harus digelorakan untuk menjunjung tinggi nilai nilai persatuan bangsa,” katanya.

Dia menuturkan bahwa agama Buddha pernah menjadi mayoritas dan memiliki kejayaan yang besar di masa kerajaan Majapahit dan Brawijaya di Indonesia, bahkan dunia. Meskipun menjadi mayoritas, menurut dia, umat Buddha tidak serta merta menjadi eksklusif dan intoleran.

Menurut dia, agama tentu mengajarkan kebaikan, sehingga perlu terus didorong adanya ruang dialog lintas agama agar saling memahami dan menghormati satu sama lain.

"Yang terpenting bukan agamanya, tetapi bagaimana kita mengamalkan nilai-nilai kebaikan yang ada dalam agama tersebut, sehingga kita bisa hidup berdampingan," kata dia.

Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |