Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi VIII DPR RI Singgih Januratmoko mengatakan persoalan sertifikasi dan inpassing terhadap ribuan guru madrasah yang berlarut-larut harus segera diakhiri dengan langkah-langkah konkret dan berpihak pada keadilan.
Dia mengatakan data capaian sertifikasi dan PPG dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, serta besarnya anggaran tambahan sebesar Rp2,7 triliun, harusnya menjadi momentum percepatan, bukan sekadar angka statistik. Namun kenyataannya, justru masih ada 381.326 guru yang tertinggal dan enam masalah mendasar yang disuarakan PGIN belum tuntas.
"Ini adalah pekerjaan rumah besar yang harus kita selesaikan bersama," kata Singgih di Jakarta, Senin.
Dia menyoroti sejumlah poin krusial yang diangkat Persatuan Guru Inpassing Nasional (PGIN) yang merupakan cerminan kegagalan sistemik, mulai dari kuota PPPK yang tidak pro guru madrasah swasta, revisi PMA 43/2014 yang menghapus pengakuan masa kerja, hingga hutang TPG dan ancaman pemotongan insentif.
Menurut dia, semua permasalahan itu adalah bom waktu yang harus segera dituntaskan. Guru-guru yang telah mengabdi puluhan tahun tidak boleh lagi dirugikan.
Dia pun mendesak adanya langkah-langkah korektif yang fundamental, salah satunya mendorong revisi menyeluruh terhadap Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 43 Tahun 2014.
"Prinsip keadilan harus ditegakkan. Pengakuan masa kerja guru adalah hak yang tidak boleh dihapus. Revisi peraturan ini harus menjadi prioritas Kemenag untuk mengembalikan hak-hak para guru,” kata dia.
Selain itu, dia mengatakan bahwa pengelolaan anggaran sebesar Rp2,7 triliun yang sudah disetujui oleh DPR RI itu memerlukan transparansi dan penyaluran yang tepat sasaran. Dia memastikan akan mengawasi ketat implementasinya.
"Dana ini harus mampu menyentuh persoalan hutang TPG, meningkatkan insentif guru honorer, dan memastikan kuota PPPK bagi guru madrasah swasta diperluas secara signifikan dan transparan,” kata dia.
Menurut dia, program Inpassing seharusnya dihapuskan saja. Pengangkatan guru madrasah dalam PPPK, cukup berbasis data program sertifikasi dan pemberian Tunjangan Profesi Guru (TPG).
"Idealnya kalau sudah mendapatkan sertifikasi, tidak perlu lagi ada inpassing, karena itu berarti kerja dua kali bikin jadi ribet secara adminsitratif," kata dia.
Pengangkatan PPPK berbasis sertifikasi dan TPG, kata dia, juga merupakan bentuk pengakuan negara (recognition) terhadap peran dan partisipasi masyarakat dalam mendukung pendidikan nasional.
"Bagi guru-guru senior swasta yang sudah mengajar puluhan tahun, sudah tua dan mungkin tersisa 5 tahun mau pensiun, serta sudah mendapatkan sertifikasi, bisa langsung diangkat menjadi PPPK, itu sesuatu yang sangat berarti dan bentuk pengakuan negara atas dedikasinya dalam memajukan pendidikan nasional," katanya.
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































