Semarang (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Jawa Tengah menyebut saat ini setidaknya sudah ada 541 Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya) yang tersebar di berbagai wilayah di provinsi itu.
Kepala Perwakilan BKKBN Jateng Eka Sulistia Ediningsih di Semarang, Senin, menjelaskan bahwa ratusan Tamasya itu merupakan pengembangan dari tempat penitipan anak (TPA).
Tamasya adalah program yang memuat empat layanan utama, yakni memastikan kualitas pengasuh di daycare, memperkuat peran keluarga dalam pengasuhan anak, pemantauan tumbuh kembang anak, dan layanan rujukan yang diperlukan.
Baca juga: BKKBN Jateng gandeng 10 perusahaan tingkatkan mutu layanan "daycare"
Hal tersebut disampaikan di sela "Apresiasi Pengelola Program Pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan Tamasya" yang digelar BKKBN Jateng.
Menurut dia, program Tamasya yang merupakan salah satu dari Quick Win Kemendukbangga tidak bisa berjalan sendiri, perlu berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk kalangan perusahaan.
"Biasanya kami berkolaborasi dengan perusahaan atau pemerintah, seperti di Boyolali dengan pemerintah kabupaten dan pemerintah desa. Semua Tamasya ini basisnya TPA," katanya.
Dengan standarisasi yang ditetapkan Kemendukbangga, kata dia, TPA-TPA yang memenuhi standar, seperti aspek pengasuh hingga pelaksanaan kegiatan bisa dikembangkan menjadi Tamasya.
"Kalau kemarin mungkin di TPA itu sekedar dititipkan anaknya, di Tamasya sudah mulai ada stimulasi tumbuh kembang, pemantauan tumbuh kembang anak, kemudian juga edukasi terhadap orang tua yang menitipkan anaknya," katanya.
Sementara itu, Bunda Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Jateng Nawal Arafah Yasin mendorong agar layanan pengasuhan dalam program Tamasya tersebut dapat membantu meningkatkan partisipasi anak usia 0-6 tahun untuk belajar di satuan PAUD.
"Adanya Tamasya ini diharapkan bisa meningkatkan partisipasi aktif kasar anak usia 0-6 tahun untuk bersekolah di PAUD," kata istri Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen tersebut.
Ia menyebutkan angka partisipasi kasar (APK) PAUD di Jateng pada 2024 hanya 47,65 persen, sementara jumlah anak usia 0-6 tahun yang terlayani PAUD hanya 14 persen.
Menghadapi kondisi itu, Nawal mendorong pembentukan (PAUD Berbasis Masyarakat untuk Generasi Emas (PAUD Emas) sebagai jawaban atas akses dan layanan pendidikan jenjang PAUD yang belum merata di Jateng.
Ia berharap layanan Tamasya juga dapat diintegrasikan dengan program PAUD Emas yang kekuatannya terletak pada swadaya masyarakat dalam menghadirkan layanan pendidikan untuk anak-anak usia dini.
Baca juga: PLN Indonesia Power dan BKKBN perkuat sinergi pengasuhan anak
Baca juga: Menaker: "Tamasya" beri dampak positif pada produktivitas pekerja
"Yang bisa dilakukan, kami berkolaborasi dengan BKKBN dengan Tamasya, kemudian kita membentuk PAUD-PAUD Emas yang terintegrasi dengan Posyandu, dan ini diharapkan bisa meningkatkan layanan PAUD di Jateng," katanya.
Berdasarkan data, saat ini jumlah PAUD di Jateng tercatat sebanyak 32.684 unit, terdiri atas 19.264 taman kanak-kanak (TK), 10.112 kelompok bermain (KB), 552 TPA, dan 2.756 satuan PAUD sejenis.
Adapun guru atau tenaga pendidik PAUD sebanyak 57.208 orang, dengan jumlah murid 911.218 anak. Dengan keterlibatan aktif dari seluruh elemen, diharapkan angka partisipasi anak untuk belajar di PAUD lebih meningkat.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































