7 kondisi medis yang membuat seseorang tidak boleh cabut gigi

3 hours ago 3

Jakarta (ANTARA) - Pencabutan gigi merupakan prosedur medis yang umum dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan gigi. Prosedur ini biasanya dilakukan ketika gigi mengalami kerusakan parah, infeksi, atau masalah lainnya yang tidak dapat diatasi dengan perawatan lain.

Namun, terdapat beberapa kondisi medis tertentu yang membuat prosedur ini tidak disarankan karena dapat menimbulkan risiko serius bagi pasien. Berikut adalah tujuh kondisi yang sebaiknya dihindari saat mempertimbangkan pencabutan gigi.

Baca juga: Dokter pastikan pencabutan gigi tidak sebabkan kebutaan

7 kondisi medis yang dilarang untuk cabut gigi

1. Gangguan pembekuan darah

Penderita hemofilia atau penyakit von Willebrand memiliki kemampuan pembekuan darah yang terganggu. Prosedur pencabutan gigi pada pasien dengan kondisi ini dapat menyebabkan pendarahan yang sulit dihentikan, sehingga diperlukan penanganan khusus sebelum tindakan dilakukan.

2. Penyakit jantung

Pasien dengan penyakit jantung bawaan atau yang baru saja menjalani operasi jantung berisiko tinggi mengalami komplikasi saat pencabutan gigi. Risiko infeksi dan stres pada tubuh dapat memperburuk kondisi jantung, sehingga konsultasi dengan dokter spesialis sangat penting sebelum menjalani prosedur ini.

3. Diabetes yang tidak terkontrol

Diabetes yang tidak terkontrol dapat memperlambat proses penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi setelah pencabutan gigi. Kadar gula darah yang tinggi menghambat aliran darah dan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi, sehingga prosedur ini sebaiknya ditunda hingga kondisi pasien stabil.

4. Kehamilan

Pencabutan gigi pada trimester pertama kehamilan tidak disarankan karena dapat mempengaruhi perkembangan janin. Selain itu, pada trimester ketiga, posisi berbaring dalam waktu lama selama prosedur dapat menyebabkan ketidaknyamanan. Trimester kedua dianggap sebagai periode paling aman untuk tindakan ini, namun tetap memerlukan konsultasi dengan dokter.

Baca juga: Dokter gigi UI sampaikan tips aman cabut gigi geraham bungsu

5. Sistem imun yang lemah

Pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita kanker yang menjalani kemoterapi, berisiko tinggi mengalami infeksi setelah pencabutan gigi. Prosedur ini sebaiknya ditunda hingga kondisi imun pasien membaik untuk menghindari komplikasi serius.

6. Alergi terhadap obat anestesi

Beberapa individu memiliki alergi terhadap obat anestesi lokal yang digunakan selama pencabutan gigi. Reaksi alergi dapat berupa ruam, pembengkakan, atau bahkan tekanan darah rendah. Penting untuk memberitahukan riwayat alergi kepada dokter sebelum prosedur dilakukan.

7. Infeksi akut atau demam

Melakukan pencabutan gigi saat mengalami infeksi akut atau demam dapat memperburuk kondisi kesehatan dan meningkatkan risiko penyebaran infeksi. Sebaiknya, prosedur ini ditunda hingga pasien pulih sepenuhnya dari infeksi tersebut.

Sebelum memutuskan untuk mencabut gigi, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter gigi dan, jika perlu, dokter spesialis terkait. Konsultasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil sesuai dengan kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh.

Evaluasi menyeluruh terhadap kondisi kesehatan pasien akan membantu menentukan waktu yang tepat dan metode yang aman untuk melakukan prosedur ini. Dengan begitu, risiko komplikasi yang dapat membahayakan kesehatan dapat dihindari.

Baca juga: RS Hasan Sadikin diminta beri penjelasan terkait cabut gigi yang viral

Baca juga: Dokter: Cabut gigi saat seseorang puasa tidak membatalkan puasa

Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |