Dokter ungkap benjolan belum tentu tanda keganasan kanker payudara

3 hours ago 3

Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Penyakit dalam sekaligus Konsultan Hematologi-Onkologi Medik dr. Andhika Rahman, Sp.PD-KHOM mengatakan bahwa benjolan yang ada di payudara belum tentu tanda keganasan dari kanker payudara.

“Jadi tidak semua benjolan berarti keganasan (kanker) dan tidak semua keganasan harus berakhir awal dengan operasi lebih dahulu. Yang jelas perlu diedukasi adalah bahwa benjolan itu perlu dilakukan biopsi dulu, dari biopsi kita bisa tahu apakah kanker payudara atau bukan,” ujar dokter lulusan FK UI ini dalam wawancara cegat di Jakarta, Selasa.

Lewat pemeriksaan yang tepat, menurutnya akan diketahui jenis kanker yang diderita sehingga dapat ditentukan pengobatan hormonal atau radiasi usai dilakukan operasi bila memang diperlukan.

Baca juga: Dokter: Kombinasi Sadari, USG dan mamografi tingkatkan peluang sembuh

“Ataukah perlu dilakukan, dilanjutkan dengan kemoterapi atau perlu lanjutkan kemo dan radiasi atau terakhir perlu tambahan dengan hormonal. Jadi dengan pemeriksaan IHK tadi itu kita akan dapat mengetahui obat apa,” tambahnya.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa tidak semua penderita kanker payudara haris diangkat atau dilakukan prosedur mastetocmy radikal.

Ia melanjutkan bahwa dengan biopsi dan pemeriksaan awal mampu menurunkan massa atau ukuran kanker, sehingga hal ini pun berperan pada tindakan yang akan dilakukan. “Kita mendapatkan massa yang lebih kecil. Jadi operasi yang dilakukan juga tidak harus mengangkat semuanya,” katanya.

Baca juga: Pakar sebut deteksi dini jadi kunci kesembuhan kanker payudara

Namun demikian, ada beberapa dokter yang bisa saja menyarankan pengangkatan payudara, namun sebagai pasien disarankan berlaku kritis terkait keinginan mempertahankan payudara.

Ia menyarankan bagi pasien yang berusia di atas 40 tahun agar melakukan USG dan mamografi untuk memastikan tingkat keganasan kanker. Setelah dipastikan kanker ganas, maka dapat melakukan biopsi untuk menentukan langkah.

“Jadi sebagai seorang pasien, tentu dia punya hak untuk sabar dulu. Tidak perlu dilakukan operasi dulu,” tegasnya.

Baca juga: Wanita di sejumlah negara bagian AS berisiko tinggi kanker payudara

Baca juga: Dokter sarankan masyarakat pahami deteksi dini kanker payudara

Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |