Mataram (ANTARA) - Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) wilayah Bali dan Nusa Tenggara Iwan Kristiawan mengatakan riset-riset arkeologi dapat menjadi pondasi dalam menentukan arah pembangunan suatu daerah.
"Arkeologi di dalam konteks itu (pembangunan) penting sekali karena yang bisa menjadikan temuan sebagai bukti ilmiah adalah arkeolog," ujarnya saat ditemui di Museum NTB, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa.
Iwan menuturkan berbagai temuan artefak dari warisan para leluhur menjelaskan tentang alasan mereka mendirikan sesuatu bangunan tidak di sembarang tempat, seperti tempat-tempat yang merepresentasikan hubungan manusia dengan alam hingga manusia dengan Tuhan seringkali berada di kawasan yang tinggi.
Saat ini banyak situs bersejarah sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja akibat terdesak oleh pembangunan fasilitas pengolahan mineral maupun pengelolaan wilayah konservasi lahan-lahan yang dipakai untuk alih fungsi.
Dia mencontohkan wilayah Hu'u di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, punya situ-situs makam leluhur yang berada di atas bukit masuk ke dalam wilayah eksplorasi pertambangan mineral.
"Orang mungkin melihat emas satu kilogram lebih berharga daripada satu kebudayaan. Prinsip-prinsip itu yang harus kita pikirkan," kata Iwan.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa bila semua pihak mampu mengelola suatu tempat secara berkelanjutan dengan mengacu kepada 17 tujuan global dalam pembangunan berkelanjutan atau SDGs, maka pengelolaan suatu kawasan yang sedang dibangun bisa menghidupi banyak generasi manusia.
Namun, jika kawasan itu dieksploitasi sampai habis membuat generasi lain cuma bisa mendengar cerita-cerita kejayaan masa lampau, sehingga setiap peristiwa penting harus bisa dikonservasi.
"Setiap daerah punya etnisitas dan identitas kawasan yang berbeda. Hal itu mempengaruhi gaya karakter dari pengelolaan sumber daya budaya atau sumber daya arkeologi," kata Iwan.
"Arkeolog harus bisa menyampaikan ini sebagai salah satu langkah penting. Ketika arkeolog berani berpikir bahwa ini harus dilestarikan, maka arkeolog harus berani juga memberikan solusi yang berhubung dengan keberlanjutan SDGs," pungkas dosen arkeologi Universitas Udayana tersebut.
Baca juga: Arkeolog imbau agar jaga kelestarian lukisan prasejarah di Sulawesi
Baca juga: Arkeolog ingatkan pemerintah untuk rangkul antikuarian
Baca juga: Belajar arkeologi sejak dini
Baca juga: Museum NTB undang sejarahwan-arkeolog kaji Monumen Perang Lombok 1894
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025