Jakarta (ANTARA) - Chief of Public Affairs PT Pembiayaan Digital Indonesia (AdaKami) Karissa Sjawaldy menyampaikan bahwa selama kuartal I 2025 pihaknya menyalurkan pinjaman sebesar Rp3,94 triliun.
"Kinerja keuangan kuartal I 2025 kami memperlihatkan bahwa total pinjaman yang disalurkan itu sebesar Rp3,94 triliun dengan jumlah pengguna aktif itu sebanyak 955.400 borrowers (peminjam)," ucap Karissa Sjawaldy di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan bahwa kinerja positif tersebut diimbangi dengan tingkat keberhasilan pembayaran (TKB90) yang mencapai 99,82 persen, cukup jauh di atas ambang batas yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 95 persen.
Dengan demikian, tingkat wanprestasi atau tingkat kredit bermasalah (TWP90) hanya sebesar 0,18 persen.
"Angka-angka ini bukan hanya mencerminkan kinerja positif, tapi juga komitmen kami untuk terus-menerus membangun dan menjaga sistem yang sehat dan dapat dipercaya," kata Karissa.
Ia menuturkan bahwa pihaknya mengoptimalkan penggunaan teknologi, termasuk kecerdasan buatan, untuk menjamin penyaluran dana yang bertanggung jawab dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudent).
Karissa mengatakan bahwa perseroan tidak hanya fokus pada pertumbuhan nilai penyaluran, tapi juga peningkatan kualitas penyaluran dan keberhasilan pembayaran.
“Kami percaya bahwa penerapan prinsip kehati-hatian yang konsisten, yang ditunjang teknologi canggih, menjadi landasan yang kuat dalam menjaga kualitas pendanaan yang optimal. Strategi ini memungkinkan kami memastikan pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan di tengah dinamika industri saat ini," ujarnya.
Ia menyampaikan bahwa pihaknya menerapkan proses credit scoring berbasis kecerdasan buatan dan big data yang bertujuan untuk memetakan kemampuan bayar, sekalipun nasabah yang mengajukan pinjaman tidak memiliki histori kredit konvensional.
Melalui proses credit scoring tersebut, AdaKami dapat memberikan limit atau batas nilai pinjaman yang sesuai dengan profil skor kredit pengguna untuk meminimalkan risiko over-indebtedness (terlalu banyak utang), menjaga kenyamanan pengguna, serta mendorong inklusi keuangan di kalangan masyarakat yang kurang terlayani oleh sistem keuangan formal.
Karissa mengatakan bahwa mekanisme credit scoring tersebut juga merupakan penerapan prinsip kehati-hatian untuk memitigasi potensi risiko, sekaligus melindungi para pengguna dari beragam upaya fraud dan kemungkinan gagal bayar.
"Kami percaya bahwa keberlanjutan dalam fintech lending (pinjaman daring/pindar) bukan hanya memastikan pelayanan yang cepat, tapi juga tentang menjalankan setiap langkah dengan penuh tanggung jawab," ucapnya.
Baca juga: AdaKami fokus perluas kolaborasi dan edukasi literasi keuangan di 2025
Baca juga: AdaKami pastikan keamanan data pribadi nasabah tetap terjaga
Baca juga: AdaKami telah salurkan pinjaman Rp13,24 triliun per 6 Desember 2024
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025