Pimpinan MPR bahas transisi energi hingga nuklir dengan Tony Blair

2 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno membahas berbagai topik mulai dari transisi energi, teknologi terkini, perubahan iklim, hingga pembangkit nuklir dengan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair saat pertemuan yang berlangsung di Jakarta, Selasa.

“Praktik-praktik terbaik transisi energi yang ada selama ini, termasuk juga pembahasan mengenai AI (akal imitasi). Itu yang banyak mewarnai pembahasan kita pada sore hari ini,” ucap Eddy ketika ditemui usai pertemuan tersebut.

Ia menjelaskan bahwa pada kesempatan tersebut, Tony Blair menceritakan pengembangan teknologi energi terbarukan di Inggris. Salah satunya, yaitu pembangunan pembangkit nuklir yang modular dengan daya relatif kecil, 300–500 megawatt.

Baca juga: Kemkomdigi jajaki peluang kerja sama dengan Tony Blair Institute

Menurut dia, ihwal itu cocok untuk negara kepulauan seperti Indonesia. Ia juga menyebut Tony Blair memperkenalkan perusahaan asal Inggris untuk membahas lebih lanjut mengenai pembangkit nuklir modular.

“Kita akan menunggu presentasi yang disampaikan oleh perusahaan yang dimaksud untuk bisa mengetahui lebih banyak lagi, lebih dalam lagi, bagaimana teknologi nuklir bisa diadopsi di Indonesia ke depannya,” ujarnya.

Pada tahun 2038, imbuh Eddy, sumber-sumber energi terbarukan di Jawa diperkirakan akan habis sehingga pembangkit nuklir memang dibutuhkan.

Ia menuturkan, Kalimantan Barat dan Bangka Belitung menjadi preferensi lokasi untuk pembangunan pembangkit nuklir di Indonesia. Namun begitu, sampai saat ini, belum ada lokasi yang ditetapkan untuk pembangunan dimaksud.

“Kepastiannya, pengembangannya bagaimana, nanti kita akan lihat karena RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) 2025–2034 masih dalam penyelesaian. Di dalam RUPTL itu, rencananya nanti ada 1 gigawatt nuklir yang akan dikembangkan,” jelasnya.

Baca juga: Anggota DPR soal Tony Blair di Danantara: Siapa pun bisa berkontribusi

Baca juga: Bappenas: Pengembangan PLTN untuk swasembada energi, bukan ekspansi

Lebih lanjut Eddy mengungkapkan, pertemuan dengan Tony Blair turut membahas situasi perang dagang global menyusul kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Kendati begitu, pembahasan mengenai tarif ini disebut tidak terlalu banyak karena mengingat Indonesia masih melakukan negosiasi dengan Amerika Serikat.

“Karena ini masih proses yang sedang berjalan dan kita memiliki waktu 60 hari untuk melakukan negosiasi itu, jadi memang tidak banyak yang dibahas karena proses sedang berjalan. Tetapi, itu tadi sempat disinggung dan juga menjadi salah satu perhatian dari Pak Tony Blair,” katanya.

Pada pertemuan itu, Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo juga tampak hadir.

Pewarta: Fath Putra Mulya
Editor: Rangga Pandu Asmara Jingga
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |