Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif Irene Umar mengatakan bahwa lewat kolaborasi bisa menghadirkan ide dalam pembuatan merchandise atau suvenir dan tak hanya berhenti dalam produksi film.
“Semua bisa dilakukan kolaborasi, termasuk dengan memunculkan ide pembuatan merchandise atau collectible item nantinya,” kata Wamen Ekraf dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Saat meninjau proses kreatif di balik layar film animasi ‘Pelangi di Mars’ yang digarap DossGuavaXR Studio, Irene menyoroti potensi komersialisasi dan pemasaran film tersebut.
Ia juga mengapresiasi DossGuavaXR yang bisa mempertemukan talenta yang real dengan dukungan teknologi yang canggih.
Baca juga: Wamenekraf dorong peningkatan kualitas animasi lokal "Riki Rhino 2"
Film animasi Pelangi di Mars memanfaatkan teknologi produksi virtual yang disebut Extended Reality (XR), termasuk dinding LED untuk menciptakan latar belakang atau set tempat maupun karakter 3D yang realistis sehingga cukup menempatkan pemeran untuk live action dalam produksinya.
Pendekatan proses kreatif yang dikemas DossGuavaXR Studio ini juga sering dipakai untuk iklan dan dikenal dengan istilah StageCraft sebagai bentuk teknologi efek visual yang lebih inovatif.
“Dalam produksi film animasi, kita harus tahu betul offering business modelnya seperti apa kemudian mengarahkan juga call to action sehingga fokusnya membangun eksposur Intellectual Property (IP) dari karya yang telah dibuat. Melalui lisensi, kolaborasi, dan penjajakan potensi para pembuat animasi harus bergeser ke arah prioritas eksposur IP tadi setelah melewati tantangan investasi di awal,” ungkapnya.
Baca juga: Film animasi mahasiswa "Ikan Mas Tur Dedari" gegerkan jagat maya
Begitu banyak tantangan yang dihadapi untuk memproduksi film animasi Pelangi di Mars sehingga sineas yang terlibat perlu adopsi teknologi baru dan menciptakan peluang lain untuk memperkenalkan serta menguatkan identitas filmnya sehingga akan diterima khalayak ramai. Selain live action shot, Pelangi di Mars juga menggarap motion picture yang menggunakan body actor.
“Progres secara teknikal film animasi Pelangi di Mars sekitar 10 persen pada tahap akhir meliputi finishing sound design, grading, animation visual effects (VFX), dan beberapa revisi bagian lain,” kata Upie Guava sebagai sutradara.
Baca juga: Film animasi anak bangsa "JUMBO" tembus 10 juta penonton
“Ketika Jumbo sudah diterima masyarakat, confidence level kami makin tinggi. Begitu juga saat bertemu dengan Wamen Ekraf hari ini dengan ditawarkan beragam opportunity yang membuat kami merasa on the right track,” tambah Upie.
Film animasi Pelangi di Mars bercerita tentang manusia pertama yang lahir di Mars bernama Pelangi dan tumbuh bersama robot-robot cerdas seperti Batik, Kimchi, Petya, Sulil, dan Yoman. Mereka punya misi penting untuk menemukan mineral ajaib, Zeolit Omega yang bisa menyelamatkan bumi. Petualangan sinematik ini akan menjadi bagian dari universe Pelangi di Mars mulai tahun 2026.
Baca juga: Review film animasi lokal “Si Juki The Movie: Harta Pulau Monyet”
Baca juga: Isi suara di sekuel Si Juki, Indro Warkop dukung karya animasi lokal
Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































