Jakarta (ANTARA) - Rudin mendorong gerobaknya perlahan menyusuri jalanan menuju kawasan Stadion Gelora Bung Karno (GBK).
Di tengah riuh suara orang berlari, musik dari senam pagi, dan hiruk-pikuk pengunjung yang datang untuk berolahraga atau sekadar bersantai, Rudin menata botol-botol minumannya dengan teliti.
Tangannya cekatan, senyumnya ramah, dan sorot matanya memancarkan semangat baru. Dulu, ia hanya berjualan di bawah tenda seadanya yang bocor ketika hujan dan pengap saat terik, membuatnya sering merasa pasrah dengan keadaan.
Kini, dengan gerobak yang lebih kokoh dan tertata rapi, ia merasa punya martabat baru sebagai pedagang kecil.
“Semoga dengan gerobak baru ini penjualan bisa lebih maju. Gerobaknya bagus, jadi lebih semangat jualan,” katanya sambil tersenyum lebar.
Kisah Rudin adalah potret kecil dari denyut nadi para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di kawasan GBK. Mereka hadir setiap hari, menjadi wajah ekonomi rakyat yang sesungguhnya.
UMKM bukan sekadar sektor usaha, melainkan napas kehidupan jutaan keluarga di Indonesia. Dari warung kecil di pinggir jalan, kios di pasar tradisional, hingga pedagang gerobak seperti Rudin, merekalah tulang punggung distribusi produk dan penyedia layanan langsung untuk masyarakat.
Di kawasan GBK yang selalu ramai, peran mereka semakin terasa penting. Para pedagang ini bukan hanya memenuhi kebutuhan pengunjung, tetapi juga menjadi bagian dari denyut sosial, menambah warna pada interaksi masyarakat di ruang publik yang menjadi kebanggaan nasional.
Namun, di balik vitalnya peran UMKM, realitasnya tidak selalu mudah. Banyak pedagang berjualan dengan fasilitas serba terbatas, mengandalkan tenda seadanya, berhadapan dengan panas terik, hujan deras, dan minim kenyamanan.
Kondisi ini bukan hanya menyulitkan mereka, tetapi juga memengaruhi pengalaman para pengunjung. Inilah mengapa pemberdayaan UMKM menjadi sebuah keharusan.
Bukan sekadar memberikan peluang berjualan, tetapi juga memastikan mereka memiliki fasilitas yang layak, pengetahuan yang memadai, dan akses terhadap teknologi agar bisa berkembang dan bersaing.
Penyediaan gerobak usaha yang lebih baik adalah salah satu langkah kecil, tetapi punya dampak besar.
Bagi Rudin dan pedagang lainnya, gerobak bukan hanya tempat menaruh barang dagangan, melainkan simbol penghargaan terhadap kerja keras mereka.
Dengan tampilan yang rapi, aman dari hujan dan terik matahari, serta lebih menarik di mata pengunjung, pedagang merasa lebih percaya diri.
Gerobak baru ini juga membantu menciptakan kesan lebih profesional, membuat interaksi antara penjual dan pembeli terasa lebih nyaman.
Inisiatif ini sekaligus menunjukkan bagaimana perubahan sederhana bisa membuka jalan menuju pemberdayaan yang lebih besar.
Namun, fasilitas saja tidak cukup. Pemberdayaan UMKM memerlukan pendekatan yang menyeluruh.
Baca juga: 122 UMKM dari 22 provinsi ikuti Fesyar 2025 di Pontianak
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.