Jakarta (ANTARA) - Kementerian Agama menggelar Ngaji Budaya di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang dirancang untuk mendekatkan generasi muda pada ruang dialog agama dan budaya.
Lebih dari seribu peserta memadati Gedung Serbaguna UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang terdiri atas mahasiswa, penyuluh agama, anggota majelis taklim, dan masyarakat umum.
"Lebih dari seribu peserta yang hadir menjadi bukti bahwa anak-anak muda membutuhkan ruang keagamaan yang ekspresif, humanis, dan dekat dengan realitas keseharian mereka,” ujar Kasubdit Seni Budaya dan Siaran Keagamaan Islam Kemenag Wida Sukmawati dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Wida menyampaikan mayoritas peserta berasal dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta. Tingginya kehadiran tersebut menjadi indikator bahwa generasi muda menaruh minat besar pada ruang edukasi yang menggabungkan agama dan budaya tanpa menciptakan sekat yang kaku.
Menurutnya, penyelenggaraan Ngaji Budaya berangkat dari kebutuhan menghadirkan pendekatan dakwah yang relevan dengan perkembangan zaman. Generasi muda kini lebih responsif terhadap media ekspresif seperti seni dan musik.
“Pendekatan tersebut diharapkan dapat memperkuat identitas kebangsaan, merawat keragaman, serta menghindarkan masyarakat dari pola pikir ekstrem,” kata dia.
Baca juga: Menag dorong ekoteologi dan kerukunan jadi arus utama kebijakan publik
Bagi banyak peserta, Ngaji Budaya bukan hanya kegiatan seremonial, tetapi pengalaman yang memberi perspektif baru. Muhammad Robby, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, mengaku mendapatkan wawasan yang memperkaya cara pandangnya.
“Ngaji Budaya memberi wawasan kepada saya bahwa doa, seni, dan tradisi bisa berjalan bersama. Saya pulang bukan hanya dengan ilmu baru, tetapi juga semangat untuk melestarikan budaya lokal dalam dakwah,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Nur Husna, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menilai Ngaji Budaya menjadi ruang penting untuk merawat keterhubungan antara seni dan keagamaan.
“Acara seperti ini penting. Kita belajar menjaga warisan budaya sambil berdialog soal agama tanpa menghakimi. Ini ruang yang membuat kita merasa aman untuk belajar dan berdiskusi,” kata Husna.
Baca juga: Gelaran OMI jadi bukti madrasah mampu berkompetisi
Baca juga: Olimpiade Madrasah selesai, Menag akui kagum atas kompetensi peserta
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































