Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Veronica Tan mengusulkan model kebun pangan komunitas berbasis perempuan sebagai salah satu solusi penguatan ekonomi masyarakat dan percepatan kesetaraan gender di daerah terpencil.
“Melalui kebun komunitas, kita bisa menciptakan supply chain baru di mana perempuan menjadi aktor utama,” katanya dalam diskusi Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG) lintas kementerian dan lembaga di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan bahwa kebun komunitas di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT) mampu memproduksi jagung, umbi, dan labu dengan nilai gizi tinggi, sekaligus menjadi sumber penghidupan bagi perempuan lokal.
Kementerian PPPA melakukan peluncuran perdana Kebun Pangan Perempuan di Desa Turetogo, Kabupaten Ngada, bekerja sama dengan Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL) serta melibatkan kelompok perempuan dari tujuh kabupaten di Flores.
Baca juga: Kebun Pangan Perempuan langkah nyata pemberdayaan perempuan level desa
Bahan pangan dari kebun itu, menurut dia kini disuplai ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Program Makan Bergizi Gratis dari pemerintah dan para perempuan petaninya mendapat penghasilan baru.
"Satu piring dihargai Rp15 ribu. Ini bukan bantuan, tapi ekonomi berkelanjutan. Toh dengan begitu tidak perlu bingung lagi cari sumber pendanaan dari mana pemerintah daerah itu. Model ini bisa menjadi contoh ekonomi sosial baru yang berpihak pada perempuan dan ramah lingkungan," kata dia menegaskan.
Hanya saja, dia menilai kolaborasi lintas kementerian seperti dengan Badan Gizi Nasional (BGN) Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan hingga Kementerian Desa dan Kementerian Pekerjaan Umum diperlukan untuk mendukung infrastruktur, air, serta pembiayaan program tersebut.
“Kita ajarkan cara bertani, mengelola maggot, pupuk organik, bahkan membuat dapur berbasis bahan lokal seperti bambu,” katanya.
Veronica mengaku optimistis jika sistem ini berjalan, perempuan akan lebih mandiri dan diakui sebagai pelaku ekonomi produktif di tingkat desa.
Hal tersebut dikarenakan program ini menekankan koordinasi pentaheliks meliputi pemerintah, desa, akademisi, komunitas, dunia usaha dan media; perempuan sebagai penggerak ekonomi pangan keluarga; pemanfaatan pangan lokal dan edukasi gizi anak berbasis konsumsi segar dari kebun; dan replikasi dan pendampingan berkelanjutan berbasis materi sederhana dan platform belajar komunitas.
Baca juga: Wamen PPPA: Akar ketimpangan gender berawal dari ekonomi dan patriarki
Baca juga: Kunjungi sekolah alam di Gorontalo, Wamen PPPA: Ini inovasi luar biasa
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Nurul Hayat
								Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































