Utusan Presiden panen padi pertanian organik hewani di Karawang

9 hours ago 4

Karawang (ANTARA) - Utusan Khusus Presiden Bidang Ketahanan Pangan Muhamad Mardiono mengikuti panen raya padi yang tanamannya diolah menggunakan pupuk organik dari kotoran hewan, di wilayah Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

"Ini panen raya yang menerapkan sistem pertanian sirkular, pertanian yang di-support dengan pupuk-pupuk organik," kata Muhamad Mardiono, usai panen raya di Karawang, Sabtu.

Ia mengatakan, sistem pertanian dengan menggunakan pupuk organik ini cukup efektif, karena bisa meningkatkan hasil produksi panen padi dan dapat mengembalikan habitat tanah areal sawah yang umumnya telah ter-gradasi bahan kimiawi berdosis tinggi.

Penanaman padi dengan menggunakan sistem pertanian sirkular ini juga penting untuk menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan petani.

Mardiono menilai, sistem pertanian yang di-support dengan pupuk-pupuk organik ini bisa jadi solusi untuk meningkatkan produktivitas, mengembalikan habitat tanah sawah serta menekan biaya produksi.

"Darmono (petani penggagas penggunaan pupuk organik murni), bersama dengan saya juga telah melakukan uji coba menyatukan kegiatan menanam padi dengan berternak," katanya.

Baca juga: Erick Thohir siapkan gudang BUMN antisipasi peningkatan produksi beras

Menurut dia, sesuai dengan hasil uji di lahan areal sawah di wilayah Tirtamulya, Karawang yang digawangi oleh Darmono berhasil menurunkan penggunaan pupuk kimia hingga 50 persen, setelah tiga kali musim panen.

"Selanjutnya diharapkan nanti pada musim panen berikutnya penggunaan pupuk kimia semakin menurun. Sehingga pada akhirnya, dengan target, kalau bisa, (penggunaan) pupuk kimia kita lepas. Tapi kalau tidak bisa penggunaannya secara bertahap kita kurangi hingga titik seefisien mungkin. Dengan begitu, kondisi tanah di areal sawah akan kembali subur," katanya.

Ia menyampaikan, setelah selama tiga kali musim tanam dan musim panen menggunakan pola pupuk organik bersumber dari hewani yang diolah dengan baik dan terukur, telah berhasil mengembalikan tingkat kesuburan tanah hingga PH-nya mencapai 6,5 persen.

"Tanah sawah yang ada di sekitar sini (wilayah Kecamatan Tirtamulya), yang belum menggunakan pola organik kondisi tanah PH-nya 4,5 persen. Tentu saja biaya produksi tinggi, produksi rendah dan rawan diserang hama," katanya.

Baca juga: Wamenekraf dorong ekraf daerah di Panen Raya AEWO Bogor

Mardiono menyebutkan, dengan pola pertanian organik hewani, petani bisa menghasilkan padi hingga lebih dari 6 ton gabah per hektare.

Sementara itu, Darmono menyampaikan, di daerahnya sudah ada sekitar 70 hektare sawah yang menggunakan pola pertanian organik bersumber dari hewani.

Ia mengaku mampu menekan biaya produksi hingga di bawah 50 persen. Normalnya, biaya produksi atau pengolahan areal sawah hingga panen itu membutuhkan biaya sekitar Rp10 juta. Namun dengan menggunakan pola pertanian organik hewani hanya mengeluarkan biaya produksi di bawah Rp5 juta.

"Untuk hasil panennya memang rata-rata di atas 6 ton gabah per hektare. Tapi panen tertinggi yang pernah kita capai itu 21 ton gabah per hektare," katanya seraya menambahkan kalau dirinya mulai menggunakan pola organik hewani pada tahun 1993. (KR-MAK)

Pewarta: M.Ali Khumaini
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |