UI : Bandung Spirit fondasi perkuat kerja sama negara Asia-Afrika

4 hours ago 2

Bandung (ANTARA) - Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) menegaskan bahwa Bandung Spirit sebagai fondasi dalam membangun dan memperkuat kerja sama antara negara-negara Asia dan Afrika.

Direktur SKSG UI, Supriatna, menjelaskan Bandung Spirit yang merupakan warisan dari Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-70 harus menjadi momentum strategis untuk menekankan kembali solidaritas dan kerja sama antara negara-negara berkembang.

“Tema besarnya adalah menghidupkan kembali semangat Asia-Afrika, agar negara-negara berkembang bisa naik kelas menjadi negara menengah dan, ke depan, menjadi negara maju melalui Bandung Spirit,” kata Supriatna dalam kegiatan simposium internasional dalam memperingati 70 tahun KAA di Bandung, Kamis.

Menurut Supriatna, simposium ini digelar dengan latar belakang relevansi isu-isu global yang masih dihadapi negara-negara di Asia-Afrika.

Baca juga: Jabar harap KAA 2025 memotivasi Asia-Afrika pentingnya kemandirian

Ia menekankan bahwa salah satu tema utama yang diangkat adalah pengembangan masyarakat sebagai respons atas kondisi negara yang masih terpinggirkan.

“Apalagi saat ini muncul tantangan global seperti kebijakan tarif dan pajak dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump, tekanan resesi global yang memicu PHK, serta kerugian ekonomi masyarakat,” katanya.

Oleh karena itu, ia menegaskan pentingnya negara-negara Asia dan Afrika untuk tidak terjebak dalam dinamika politik global yang didominasi oleh kekuatan besar.

“Kami ingin mendorong kesejahteraan masyarakat di negara-negara yang tertinggal. Karena ini menyangkut geopolitik, geoekonomi, dan geostrategi. Kita ingin negara-negara Asia dan Afrika fokus pada pembangunan bersama, bukan konflik kepentingan global,” kata dia.

Baca juga: 10 poin Dasasila Bandung, hasil Konferensi Asia Afrika 1955

Sebagai tindak lanjut dari simposium, SKSG UI akan memperluas kerja sama internasional dengan sejumlah negara seperti China, Jepang, Korea Selatan, dan berbagai negara Afrika.

Bentuk kerja sama yang akan dijalankan meliputi riset kolaboratif, pertukaran pelajar dan dosen, serta program kunjungan profesor.

Hasil-hasil riset tersebut juga akan disampaikan kepada pemerintah untuk diimplementasikan dalam kebijakan strategis di tingkat daerah maupun nasional.

“Harapannya, negara-negara Asia dan Afrika bisa bersatu, terutama dalam hal ekonomi. Misalnya, kita bisa bekerja sama dalam pengaturan tarif, pajak, dan kebijakan perdagangan agar saling menguntungkan,” kata Supriatna.

Baca juga: Sejarah Konferensi Asia Afrika 1955, saat 29 Negara bersatu di Bandung

Baca juga: 70 Tahun KAA Bandung refleksi strategis langkah diplomasi Indonesia

Pewarta: Rubby Jovan Primananda
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |