Washington (ANTARA) - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Rabu (16/7) mengumumkan sebuah rencana untuk memberlakukan tarif seragam terhadap lebih dari 150 negara dan kawasan, menurut laporan surat kabar Politico.
"Semuanya akan sama untuk semua pihak, untuk kelompok itu," kata Trump kepada wartawan saat menggelar pembicaraan dengan Putra Mahkota Bahrain Salman bin Hamad Al Khalifa di Gedung Putih, Washington.
Trump menyebutkan bahwa negara-negara yang akan dicakup dalam kebijakan baru tersebut "tidak besar" dan "tidak banyak melakukan bisnis."
Pada April lalu, pemerintahan Trump memberlakukan tarif dasar sebesar 10 persen terhadap perekonomian-perekonomian yang tidak tercakup dalam kesepakatan bilateral.
Meskipun Trump sebelumnya telah mengisyaratkan tarif dasar baru dapat dinaikkan menjadi 15 persen atau 20 persen, Trump tidak menetapkan tarif baru pada Rabu.
Pemerintah AS telah mengirim surat ke sekitar 20 perekonomian, termasuk Uni Eropa (UE), Jepang, dan Korea Selatan, yang menguraikan besaran tarif yang akan mereka hadapi mulai 1 Agustus, menurut laporan tersebut.
Pengumuman itu telah mendorong negosiasi yang lebih intensif seiring mitra dagang yang terdampak meminta peraturan yang lebih menguntungkan. Namun, analis dan pengamat terus menyatakan keraguan tentang apakah jadwal tarif baru akan berlaku sesuai rencana pada 1 Agustus, di tengah kekhawatiran mengenai potensi dampaknya terhadap ekonomi AS dan politik dalam negeri, menurut laporan tersebut.
Sejumlah negara dan kawasan, seperti Swiss dan India, yang menyumbang lebih dari 3 persen defisit perdagangan AS pada 2024 tetapi belum menerima pemberitahuan resmi, masih bernegosiasi dengan Washington.
Trump pada Rabu menyampaikan pesan yang berbeda-beda mengenai perundingan dagang AS-India. Awalnya, Trump menyatakan bahwa "kami akan mencapai (kesepakatan) lain," dan setelahnya dia menegaskan bahwa "kami sudah sangat dekat dengan kesepakatan."
Mengenai Jepang, Trump mengatakan negosiasi sedang berlangsung, tetapi menyatakan keraguannya tentang hasil dari negosiasi itu.
"Saya rasa kami mungkin akan berpegang pada apa yang sudah ditetapkan dengan Jepang," ujarnya, mengacu pada pemberitahuan tarif yang dikeluarkan sebelumnya.
Pewarta: Xinhua
Editor: Indra Arief Pribadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.