Jakarta (ANTARA) -
Perguruan tinggi memainkan peranan penting dalam pembangunan melalui kontribusinya dalam mencetak sumber daya manusia yang unggul dan inovasi yang dihasilkan.
Sebagai pusat pengetahuan, universitas tidak hanya mendidik generasi muda dengan keterampilan tinggi, tetapi juga menjadi inkubator bagi penelitian ilmiah yang mendorong kemajuan teknologi dan ekonomi.
Dalam jurnal How popularising higher education affects economic growth and poverty alleviation: empirical evidence from 38 countries yang ditulis Jian Li dkk, peneliti dari Beijing Normal University, menemukan bahwa suatu negara yang tingkat masyarakatnya berpendidikan tinggi memiliki dampak positif yang signifikan terhadap pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB).
Studi yang menggunakan data panel 38 negara OECD sepanjang 1995-2021 itu juga menunjukkan adanya peningkatan proporsi populasi usia produktif yang memiliki pendidikan tinggi sebagai faktor pendorong pertumbuhan PDB, yang berkorelasi dengan kesejahteraan masyarakat.
Direktur Kelembagaan Ditjen Dikti Kemendiktisaintek Mukhammad Najib mengatakan, riset dan inovasi dari perguruan tinggi berperan sebagai katalisator utama. Negara-negara yang berinvestasi dalam universitas berkualitas tinggi cenderung mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.
“Contohnya Stanford University di Amerika Serikat yang melahirkan sekitar 40.000 perusahaan rintisan dan menciptakan jutaan lapangan pekerjaan setiap tahunnya,” kata Najib dalam Journalists Bootcamp Dikti 2025 yang digelar di Bogor, Sabtu.
Sejumlah alumni Stanford University mendirikan lebih dari 9.000 perusahaan secara kumulatif hingga 2025, termasuk raksasa seperti Google, Cisco, Netflix, dan Instagram. Banyak dari perusahaan dengan kapitalisasi tinggi berasal dari riset yang dilakukan di kampus. Riset yang dilakukan oleh perguruan tinggi mendorong lahirnya inovasi dan juga penciptaan lapangan kerja yang berkualitas.
Menurut Najib, salah satu cara bisa keluar dari jebakan negara dengan penghasilan menengah adalah dengan memperkuat kapasitas inovasi. Apalagi Indonesia menargetkan pendapatan per kapitanya bisa sebesar 30.000 dolar AS atau setara dengan negara maju. Saat ini, pendapatan per kapita masyarakat Indonesia masih sekitar 4.900 dolar AS.
“Inovasi menjadi kata kunci agar bisa keluar dari middle income trap. Kita syaratkan adanya riset, penelitian yang ada di kampus. Nah dengan kata lain kampus memiliki peranan yang sangat strategis,” kata Najib.
Pemerintah mendorong agar kampus yang ada di Indonesia, yang berjumlah lebih dari 4.000 perguruan tinggi, tidak sekadar melakukan pembelajaran. Kampus dapat menjadi pusat inovasi. Dengan kata lain berubah dari University 1.0 menjadi University 4.0.
Pemerintah juga menggelontorkan alokasi anggaran yang besar setiap tahunnya untuk meningkatkan riset di perguruan tinggi. Pada 2025, Kemdiktisaintek menganggarkan dana sebesar Rp2,1 triliun yang diperuntukkan untuk riset.
Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































