Kunming (ANTARA) - Sejak gempa bermagnitudo 7,7 mengguncang Myanmar pada Jumat (28/3), beberapa tim penyelamat China telah tiba di negara Asia Tenggara itu dan berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan nyawa para korban bersama dengan tim penyelamat lokal.
Tim penyelamat dan medis yang beranggotakan 37 orang dari Provinsi Yunnan, China, tiba di Bandar Udara Internasional Yangon di Myanmar sekitar pukul 07.00 waktu setempat pada Sabtu (29/3) dengan membawa perlengkapan tanggap darurat, seperti detektor kehidupan (life detector), sistem peringatan dini gempa bumi, telepon satelit portabel, dan drone.
Tim tersebut segera bergabung dengan tim pemadam kebakaran dan penyelamatan Myanmar, kemudian berangkat ke Nay Pyi Taw, ibu kota negara tersebut, yang terdampak parah.
Pada Sabtu malam, tim penyelamat tiba di ibu kota tersebut dan segera memulai operasi penyelamatan.
Pada Minggu (30/3) pukul 05.00, usai semalaman melakukan operasi penyelamatan darurat, mereka berhasil menyelamatkan seorang pria lanjut usia (lansia) yang terperangkap selama hampir 40 jam di bawah reruntuhan Rumah Sakit Swasta Ottara Thiri.
Pejabat dari departemen penyelamatan Myanmar memberi pengarahan kepada tim penyelamat tentang regulasi Myanmar untuk upaya penyelamatan internasional.
Pada Minggu pagi, Ketua Dewan Administrasi Negara Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing mengunjungi rumah sakit itu dan menyampaikan apresiasinya kepada para anggota tim penyelamat dari China atas bantuan mereka yang tepat waktu.
Di Mandalay, kota lainnya yang juga terdampak parah, para anggota kelompok pertama Blue Sky Rescue China tiba pada Minggu pagi, dan langsung memulai operasi penyelamatan bersama dengan sukarelawan setempat.
Seorang korban selamat gempa di Mandalay berhasil ditemukan sekitar pukul 09.30 oleh sejumlah anggota tim Blue Sky Rescue dari Provinsi Hunan, China.
Pada pukul 06.30, lebih dari 100 sukarelawan muda yang merupakan warga Tionghoa perantauan di Myanmar mulai melakukan pekerjaan dukungan teknis, informasi, dan logistik awal, seperti pengumpulan informasi di bawah bimbingan tim penyelamat.
Pejabat dari departemen penyelamatan Myanmar memberi pengarahan kepada tim penyelamat tentang regulasi Myanmar untuk upaya penyelamatan internasional.
Pada Sabtu malam, semakin banyak pasokan bantuan darurat yang terlihat melewati pos pemeriksaan perbatasan di Pelabuhan Ruili di perbatasan China-Myanmar.
Seorang warga Tionghoa setempat, bermarga Yang, pada Minggu pagi mengatakan kepada Xinhua banyak warga Tionghoa perantauan yang tinggal di Yangon berkendara lebih dari 10 jam untuk mengirimkan perlengkapan, seperti antiseptik, sarung tangan, dan masker N95, kepada tim-tim penyelamat di Mandalay. Banyak restoran juga menawarkan makanan gratis kepada para personel penyelamatan.
Berbagai bantuan segera disalurkan ke area-area yang terdampak gempa. Pada Sabtu, Provinsi Yunnan di China meluncurkan mekanisme tanggap darurat untuk menyiapkan tenda, selimut, kasur lipat, dan perlengkapan lainnya, dengan pasokan bantuan batch pertama dikirim menggunakan pesawat dan tiba di Myanmar pada Sabtu.
Pada Sabtu malam, semakin banyak pasokan bantuan darurat yang terlihat melewati pos pemeriksaan perbatasan di Pelabuhan Ruili di perbatasan China-Myanmar
Guna memastikan proses perizinan yang cepat bagi personel penyelamatan dan medis serta pasokan bantuan, perbatasan China-Myanmar meluncurkan mekanisme koordinasi perizinan darurat pascagempa, yang beroperasi nonstop selama 24 jam sehari. Mekanisme tersebut memiliki "jalur hijau" khusus untuk personel dan pasokan terkait, demikian disampaikan oleh pejabat dari Bea Cukai Kunming.
Sekitar 1.700 orang tewas, 3.400 terluka, dan 300 orang lainnya masih dinyatakan hilang dalam bencana gempa bumi dahsyat di Myanmar, menurut Dewan Administrasi Negara Myanmar pada Minggu.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025