Jakarta (ANTARA) - Aliansi kelompok masyarakat bersama para ibu-ibu menyerukan peningkatan kualitas Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi yang rendah sulfur sebagai bagian dari upaya menekan tingkat polusi udara.
Menurut keterangan diterima di Jakarta, Senin, Aliansi Udara Bersih yang terdiri dari Bicara Udara, Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) beserta komunitas dan publik, termasuk ibu-ibu yang peduli udara bersih melakukan kampanye "Gerakan Kembalikan Langit Biru Kita" di Jakarta pada Minggu (6/7) dalam bentuk pawai dengan seruan untuk meningkatkan kualitas BBM dengan menghentikan penggunaan BBM bersulfur tinggi dan mengembalikan udara bersih bagi semua.
"Sebagai ibu, saya tak rela kalau kita semua dipaksa menghirup udara yang berpolusi dan anak-anak kita bisa mendapatkan penyakit dari akibat kualitas udara yang sangat buruk, hanya karena gagalnya pemerintah mengatur kualitas bahan bakar, maka kami bersuara bersama-sama menuntut pemerintah untuk segera mengesahkan dan meningkatkan kualitas BBM yang lebih baik sesuai dengan standar Euro 4," ujar Cynthia Andarinie, seorang ibu yang mengikuti pawai itu sebagai juga Juru Bicara Biru Voices Ambassador atau Duta Udara Bersih yang mendukung program-program Bicara Udara.
Sementara itu Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Safrudin menyatakan saat ini Indonesia tertinggal dari negara-negara tetangga dalam menerapkan standar bahan bakar bersih.
Baca juga: KLH targetkan Jabodetabek jadi wilayah pertama pakai BBM Euro 4
"Negara seperti Filipina, Thailand, dan Vietnam, sudah menggunakan BBM dengan kadar sulfur di bawah 50 ppm. Sementara di Indonesia, angka sulfur masih bisa mencapai ribuan ppm. Ini adalah bentuk ketidakadilan lingkungan yang nyata,” ucap Ahmad.
Dia menyebut kampanye itu adalah upaya untuk mendorong keberanian politik dan reformasi kebijakan energi yang lebih sehat dan berkeadilan, terutama menggeser dari impor BBM kotor ke BBM bersih dalam waktu dekat.
Dia menyoroti lonjakan polusi udara akibat sulfur dalam BBM. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kendaraan bermotor meningkat drastis dari 4,4 juta unit pada 2006 menjadi lebih dari 148 juta pada tahun 2022, menyebabkan paparan sulfurdioksida yang kian meluas dan berbahaya bagi kesehatan masyarakat.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), BBM berkadar sulfur tinggi menghasilkan gas beracun yang memperparah asma, bronkitis, penyakit jantung, dan gangguan pernapasan lainnya, yang berbahaya bagi kesehatan anak. Namun hingga kini transisi ke bahan bakar rendah sulfur belum menjadi prioritas nasional.
Baca juga: Menteri LH minta Pertamina percepat BBM rendah sulfur di Jabodetabek
Baca juga: IESR: BBM rendah sulfur dukung kualitas udara lebih baik
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.