Sutradara ungkap adegan kunci di film "Perang Kota" yang menarik

2 hours ago 3

Jakarta (ANTARA) - Penulis dan sutradara film "Perang Kota" Mouly Surya memberikan sedikit gambaran mengenai salah satu adegan kunci dalam film yang mulai ditayangkan untuk umum pada 30 April 2025 tersebut.

Pada sesi tanya-jawab usai pemutaran film di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Senin, Mouly mengungkap bahwa misi utama dari para karakter dalam film itu adalah untuk membunuh seorang petinggi kolonial Belanda.

"Karena kalau saya di sini kan memang misinya jelas ya bahwa mereka ingin membunuh satu petinggi Belanda yaitu adalah Hotman," kata Mouly.

Baca juga: Mouly Surya berbincang dengan sejarawan untuk menyiapkan "Perang Kota"

Lokasi pun dipilih untuk menjalankan misi tersebut yaitu Cafe Batavia. Mouly menjelaskan bahwa pemilihan Cafe Batavia bukan tanpa alasan karena ia ingin mengaitkan latar belakang para karakter dengan lokasi tersebut.

Mouly berucap, "Kalau saya ditanya mengapa, ya setengah (jawabannya) insting, setengah lagi logika gitu, istilahnya logika penceritaan," kata dia.

Dalam film, para karakter digambarkan sebagai pemusik, maka Cafe Batavia dipilih sebagai tempat yang logis di mana mereka dapat menyamar sebagai pemain biola untuk mendekati target.

Baca juga: Ariel nilai Mouly Surya hadirkan keseimbangan dalam film "Perang Kota"

Lebih lanjut, dijelaskan bahwa para karakter yang diperankan oleh Chicco Jerikho dan kawan-kawan akan menampilkan permainan biola di Cafe Batavia. Penyamaran itu menjadi cara mereka untuk masuk ke dalam lingkungan target dan melaksanakan misinya.

Adegan di Cafe Batavia pada tahun 1946 itu diprediksi akan menjadi salah satu momen menegangkan dan krusial dalam alur cerita film.

Terlebih, Mouly Surya juga memilih rasio aspek layar 4:3 (empat banding tiga) dalam penyajian sinematografi filmnya (bukan 16:9 atau 21:9 seperti format film layar lebar pada umumnya).

Baca juga: Chicco Jerikho turun berat badan & belajar biola buat film Perang Kota

Ia menjelaskan bahwa format ini, dalam konteks sinematografi, memberikan kesan kedekatan dan mengharuskan timnya untuk lebih cermat dalam pengambilan gambar. Ia menambahkan bahwa kamera seolah menjadi pihak ketiga yang "mengikuti" atau "mengintip" kejadian dalam film.

Lebih lanjut, Surya mengibaratkan pengalaman menonton dengan format 4:3 seperti "memicingkan mata di jurang," memberikan fokus yang lebih intens pada subjek dan detail.

Meskipun detail cerita masih dirahasiakan, pemilihan format layar yang tidak lazim ini mengindikasikan bahwa "Perang Kota" akan menawarkan pengalaman sinematik yang ingin memancing rasa penasaran penonton agar terus mengikuti ceritanya.

Baca juga: Semangat Rasuna Said hidupi peran Ariel Tatum di film "Perang Kota"

Film "Perang Kota" juga menggunakan format audio Dolby Atmos yang akan memberikan pengalaman menonton lebih imersif dengan tata suara yang menggelegar.

Tata suara dikerjakan oleh desainer suara asal Prancis, Vincent Villa di Kamboja.

Vincent Villa sebelumnya juga banyak terlibat di film-film peraih penghargaan dan berkompetisi di festival film internasional.

Untuk "sound foley", film ini dikerjakan oleh Yellow Cab di Paris, Prancis. Yellow Cab merupakan salah satu studio desainer "foley" yang turut mengerjakan film pemenang dua Piala Oscar "Emilia Perez".

Baca juga: Produser dan sutradara ungkap tantangan produksi film "Perang Kota"

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |