Jakarta (ANTARA) - Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) turut menyampaikan duka cita atas wafatnya Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik Dunia, yang menolak kemewahan, tetapi memilih untuk memeluk kemiskinan Yesus.
"Seorang gembala agung yang telah menjadikan kemanusiaan sebagai altar utamanya, dan dunia sebagai ladang kasihnya," ujar Ketua Umum PGI Jacklevyn F. Manuputty di Jakarta, Senin.
PGI memandang mendiang bernama asli Jorge Mario Bergoglio itu bukan sekadar Paus ke-266 dalam sejarah Gereja Katolik. Ia adalah suara profetik dalam dunia yang bising oleh politik identitas, ekonomi eksklusi, dan agama yang sering kehilangan kasih.
Menurut Jacklevyn, Paus Fransiskus menolak menjadi pangeran gerejawi, tetapi menjadi sahabat para migran, pelindung bumi yang terluka, dan advokat tanpa pamrih bagi perdamaian global.
Baca juga: Pemimpin dunia berduka atas wafatnya Paus Fransiskus
"Termasuk bagi negeri-negeri seperti Indonesia yang ia puji sebagai teladan kerukunan antaragama," kata dia.
Dalam beberapa kali pernyataannya, Paus Fransiskus menyebut Indonesia sebagai contoh pluralisme yang perlu dirawat dan dipeluk, bukan sekadar ditolerir.
"Ia paham damai bukanlah absennya konflik, tetapi hadirnya keadilan. Dan dalam diplomasi diamnya, Indonesia dijadikannya cermin untuk dunia, bahwa iman tak harus menjauhkan, tetapi bisa memeluk yang berbeda tanpa kehilangan kebenaran," kata Jacklevyn.
Ia mengatakan kepergian Paus Fransiskus adalah kehilangan figur ayah dunia bagi umat manusia lintas agama.
Paus menembus sekat identitas, bukan karena membaur, tetapi karena ia mencintai dari kedalaman spiritualitas Yesus yang menderita.
"Dunia tidak hanya berduka karena kehilangan seorang Paus, dunia berduka karena kehilangan jantung moral yang berdetak bagi yang tak bersuara," kata Jacklevyn.
Baca juga: Prabowo sampaikan dukacita mendalam atas wafatnya Paus Fransiskus
Baca juga: PBNU akan lanjutkan semangat dan perjuangan Paus Fransiskus
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025