Studi ungkap restorasi lahan basah pangkas emisi karbon

2 months ago 6

Sydney (ANTARA) - Restorasi lahan basah dataran banjir di Australia secara signifikan mengurangi emisi karbon dan meningkatkan ketahanan terhadap banjir serta kekeringan hanya dalam waktu satu tahun, menurut penelitian terbaru yang dirilis pada Kamis (17/7).

Para peneliti dari Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT University) Australia meneliti lahan basah dataran banjir yang terdegradasi dan direstorasi di sepanjang Sungai Loddon di Victoria, Australia, menemukan manfaat pengelolaan air dan iklim yang cepat dari restorasi.

"Pemulihan lahan basah dapat menjadi senjata rahasia dalam menghadapi perubahan iklim," ujar penulis utama studi tersebut dari Pusat Solusi Positif untuk Alam di RMIT University Lukas Schuster.

Studi tersebut menunjukkan bahwa lahan basah yang telah direstorasi mampu mengurangi emisi karbon sebesar 39 persen dalam waktu satu tahun dan meningkatkan kandungan karbon tanah sebesar 12 persen tanpa adanya lonjakan metana seperti yang biasa terjadi pada restorasi lahan gambut.

Sementara itu, lokasi yang tidak dipulihkan justru mengalami peningkatan emisi karbon sebesar 169 persen dan penurunan kandungan karbon tanah sebesar 10 persen.

Lahan basah yang telah direstorasi meningkatkan kelembapan tanah sebesar 55 persen, mendongkrak ketahanan terhadap kekeringan dan memperkuat penyimpanan karbon permukaan, menurut studi yang diterbitkan dalam Journal of Environmental Management yang berbasis di London.

"Lahan basah yang telah direstorasi mengalami pemulihan vegetasi asli dan pelambatan proses pembusukan lapisan daun mati, yang meningkatkan retensi karbon dalam tanah serta menaikkan kadar nitrogen sebesar 45 persen, meningkatkan kualitas air dan mengurangi risiko ledakan populasi alga," kata Schuster.

Menurut para peneliti manfaat jangka panjangnya telah dikonfirmasi melalui pemantauan terhadap sebuah lahan basah enam tahun pascarestorasi. Cadangan karbon organik permukaan lahan basah tersebut mengalami lonjakan sebesar 53 persen.

Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |