Jakarta (ANTARA) - Kajian terbaru dari Z Zurich Foundation mengungkap bahwa setiap dana yang diinvestasikan untuk intervensi kesehatan mental remaja bisa menghasilkan keuntungan sebesar 23,6 persen.
Temuan ini didasarkan pada analisis biaya-manfaat dari berbagai intervensi di 36 negara, termasuk di kawasan Asia-Pasifik (APAC), yang menyoroti urgensi dan nilai strategis dari investasi di bidang ini.
“Akan tetapi, kesehatan mental sering kali menerima kurang dari 1 persen anggaran kesehatan di banyak bagian kawasan, sementara lebih sedikit lagi yang digunakan untuk inisiatif edukasi kesejahteraan mental,” kata Head of Z Zurich Foundation Gregory Renand dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Kajian tersebut menggarisbawahi bahwa kawasan Asia Pasifik, dengan populasi lebih dari 750 juta pemuda usia 15-24 tahun, menghadapi tantangan besar dalam hal kesehatan mental.
Hampir setengah dari seluruh masalah kesehatan mental dimulai pada usia 14 tahun, bahkan bunuh diri menjadi salah satu penyebab utama kematian di kalangan remaja dan dewasa muda.
Dalam laporan tersebut, Z Zurich Foundation menyerukan investasi lintas sektor dalam tiga bidang utama, yakni kolaborasi multipihak, integrasi kesejahteraan mental dalam sistem pendidikan, serta penguatan sistem pendukung berbasis komunitas.
Langkah-langkah ini dinilai krusial untuk menciptakan lingkungan yang mendukung literasi emosional dan pemberdayaan remaja melalui pendekatan pencegahan dan edukasi berkelanjutan.
"Inisiatif yang menjanjikan, seperti platform untuk kaum muda, inisiatif olahraga, program pendidikan emosional, dan model pembiayaan campuran, menggabungkan kekuatan berbagai sektor untuk menciptakan perubahan jangka panjang," ujar Gregory.
Ia menilai, tujuan untuk mencapai kesejahteraan mental kaum muda memerlukan tindakan segera dan komitmen jangka panjang. Hal ini termasuk kebijakan yang difokuskan pada pencegahan, pendanaan berkelanjutan, tenaga kerja terlatih, dan tata kelola yang menggabungkan suara kaum muda dari berbagai latar belakang budaya.
Terlebih lagi, diperlukan perubahan pola pikir untuk mengakui kesehatan mental dan kesejahteraan kaum muda sebagai hal yang penting bagi ketahanan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.
Adapun saat ini, World Health Assembly 2025 tengah berlangsung di Jenewa dari 19-27 Mei, dengan tema "One World for Health"
“Kita harus menyelaraskan lintas sektor, meningkatkan pendekatan yang telah terbukti, membangun kolaborasi, dan berinvestasi dalam sistem yang menempatkan kaum muda sebagai pusat. Masa depan kawasan APAC bergantung padanya. Bersama-sama, kita dapat menciptakan lingkungan tempat kaum muda tidak hanya bertahan hidup tetapi juga berkembang,” tutur Gregory.
Baca juga: Prabowo ajak Turki perkuat investasi Infrastruktur dan kesehatan di RI
Baca juga: Wameninves bertemu PT Philips bahas investasi teknologi kesehatan
Baca juga: Kadin dorong investasi kesehatan dukung program pemeriksaan gratis
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Martha Herlinawati Simanjuntak
Copyright © ANTARA 2025