Samuel Wattimena ajak komunitas lokal untuk saling berkolaborasi

3 weeks ago 17
...Selama ini orang-orang fesyen jalan sendiri, bidang kesenian lainnya jalan sendiri, ini yang menurut saya perlu kita kolaborasikan

Semarang (ANTARA) - Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Samuel Wattimena mengajak para komunitas lokal, khususnya di Jawa Tengah untuk saling berkolaborasi agar semakin berkembang di tingkat nasional hingga internasional.

"Karena selama ini orang-orang fesyen jalan sendiri, bidang kesenian lainnya jalan sendiri, orang-orang kebudayaan dengan paparan-paparan mereka berjalan sendiri ya, ini yang menurut saya perlu kita kolaborasikan," katanya, di Semarang, Minggu.

Hal tersebut disampaikannya saat menjadi pembicara "Simposium Hysteria" di Semarang Creative Hub yang mempertemukan perwakilan sejumlah komunitas yang ada di Jateng.

Ia bersyukur bisa mendengarkan presentasi dari sembilan pembicara yang di antaranya mewakili komunitas yang ada di berbagai daerah di Jateng yang menjadi daerah pemilihannya (dapil).

"Saya baru kali ini mendengarkan presentasi dari teman-teman di daerah. Saya selama ini di Jakarta kalau ketemu dengan para budayawan itu kan tingkat nasional dan internasional," kata sosok yang dikenal sebagai desainer itu.

Baca juga: Komunitas Kebaya Jakarta gelar “Lestari Warisan Betawiku”

Sebagai orang yang berlatar belakang dunia fesyen, ia melihat apa yang disampaikan para komunitas lokal itu sangat menarik sebagai masukan mengenai kebudayaan yang ada di masing-masing daerah.

"Ini harusnya bisa menjadi pemicu dan pemantik buat para artisan-artisan lainnya di berbagai bidang lainnya, di berbagai bidang seni lainnya," katanya.

Sementara itu, pengajar ilmu komunikasi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Cecilia Pretty Grafiani yang juga menjadi pembicara mengatakan bahwa selama ini telah melakukan penelitian ruang publik di Kota Semarang.

Lokasi penelitiannya adalah Taman Indonesia Kaya (TIK) yang merupakan hasil kolaborasi dengan swasta, yakni Djarum Foundation melalui program corporate social responsibility (CSR).

"Saya ingin mengetahui sejauh mana CSR perusahaan berdampak pada masyarakat. CSR di Taman Indonesia Kaya menghadirkan ruang publik dan ruang media online," katanya.

Baca juga: Komunitas ABAS gelar pameran dan wicara seni di Art Moments

Sebagai ruang publik, selama ini Taman Indonesia Kaya sudah banyak dimanfaatkan oleh berbagai komunitas yang ada untuk tampil berkreasi.

Di sisi lain, kata dia, TIK juga memiliki akun media sosial yang sudah memiliki banyak pengikut dengan aktivitas yang sudah sedemikian banyak, tetapi belum termanfaatkan sebagai ruang dialog.

"Jadi, jangan sampai (akun medsos) TIK hanya sekadar menjadi etalase, tetapi hadir sebagai ruang diskusi yang memberikan pengetahuan baru," kata Cecilia.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |