Jakarta (ANTARA) - Analis Bank Woori Saudara Rully Nova menilai pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi sikap Federal Reserve (The Fed) yang merasa tidak perlu lagi menurunkan suku bunga acuan.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh The Fed karena sudah cukup puas dengan kondisi tenaga kerja Amerika Serikat (AS)
“Rupiah hari ini diperkirakan masih akan diperdagangkan melemah di kisaran Rp16.350 - Rp16.450 dipengaruhi oleh kebijakan tarif Presiden Trump (Presiden AS) dan pernyataan The Fed yang hawkish,” ungkapnya kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Ke depan, fokus The Fed adalah penurunan inflasi sesuai target 2 persen. Ini berarti The Fed takkan terburu-buru menurunkan suku bunga karena target inflasi masih jauh dari sasaran.
Meninjau kondisi domestik, volatilitas transaksi di bursa efek yang masih berlanjut memberatkan pergerakan kurs rupiah.
“Volatilitas di bursa efek terutama disebabkan oleh saham bank dampak dari keputusan BI (Bank Indonesia) yang masih menahan suku bunga tinggi dalam waktu lama,” ujar Rully.
Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari Kamis di Jakarta melemah hingga 74 poin atau 0,45 persen menjadi Rp16.454 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.380 per dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini turut melemah ke level Rp16.431 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.378 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah melemah seiring kekhawatiran investor atas ekonomi global
Baca juga: Rupiah pada Kamis pagi melemah jadi Rp16.393 per dolar AS
Baca juga: Rupiah melemah dipengaruhi ancaman tarif Trump terhadap tembaga
Baca juga: Rupiah menguat seiring survei kepercayaan konsumen AS melemah
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025