Bandarlampung (ANTARA) - Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) Lampung menghentikan sementara praktik layanan medis seorang dokter di rumah sakit tersebut setelah terindikasi melakukan maladministrasi terhadap pasien anak pemegang kepesertaan BPJS Kesehatan asal Kabupaten Lampung Selatan.
"Kami tidak ada toleransi terhadap pelanggaran yang terjadi dan memberikan peringatan keras. Serta ada sanksi dari manajemen dan komite medik untuk oknum dokter yang melakukan pelanggaran," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Wakil Direktur Keperawatan, Pelayanan dan Penunjang Medik RSUDAM Lampung, dr Yusmaidi di Bandarlampung, Jumat.
Ia mengatakan sanksi yang diberikan oleh oknum dokter tersebut adalah memberhentikan pelayanan dan praktik di RSUDAM sampai batas waktu yang ditentukan.
"dr Billy terhitung mulai hari ini sampai batas waktu yang kami tentukan, tidak memberikan pelayanan di RSUDAM. Sementara untuk hal lainnya kita menunggu dari komite medik," katanya.
Dia pun mengucapkan belasungkawa kepada keluarga atas meninggalnya pasien bayi berusia dua bulan asal Lampung Selatan setelah menjalani perawatan dan operasi di RSUDAM akibat kelainan kongenital hirschsprung atau kelainan bawaan pada usus besar yang mengakibatkan kesulitan mengeluarkan feses.
"Pasien adalah pemegang BPJS Kesehatan murni, dan semua tercover BPJS. Mengenai adanya pungutan di luar aturan, kami berkomitmen memberi pelayanan tanpa adanya transfer dana di luar alur yang ada, semua sesuai aturan yang ada di rumah sakit," ucap dia.
Menurut dia, semua proses pemeriksaan atas indikasi adanya maladministrasi terkait pungutan alat medis oleh oknum dokter secara pribadi kepada keluarga pasien. RSUDAM tengah melakukan pemeriksaan mendalam bersama Ombudsman serta Inspektorat.
"Mengenai permasalahan ini tidak ada yang ditutupi, kami sudah memberi kompensasi ke keluarga pasien, dan saat ini dalam proses pemeriksaan terkait permasalahan ini," tambahnya.
Diketahui sebelumnya pasien bayi berusia dua bulan asal Lampung Selatan menjalani perawatan di RSUDAM akibat kelainan kongenital hirschsprung atau kelainan bawaan pada usus besar yang mengakibatkan kesulitan mengeluarkan feses.
Operasi dilakukan pada 19 Agustus 2025, namun sebelumnya oknum dokter ASN di RSUDAM memberikan opsi untuk membeli alat medis senilai Rp8 juta kepada keluarga pasien, yang transaksinya tidak dilakukan melalui rekening resmi rumah sakit melainkan rekening pribadi. Pasca operasi pasien bayi berusia dua tahun tersebut tidak menunjukkan perbaikan kondisi vital, dan dinyatakan meninggal dunia.
Baca juga: Wamen PANRB cek layanan kesehatan di RSUDAM pastikan pelayanan baik
Baca juga: RSUDAM jadwalkan pemeriksaan kesehatan jiwa bagi siswa Sekolah Rakyat
Baca juga: Dua bayi kembar siam telah diperbolehkan pulang dari RSUDAM
Pewarta: Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.