Program daur ulang SIKLUS dijalankan untuk dukung fesyen berkelanjutan

3 days ago 3

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif berkolaborasi dengan perusahaan rintisan Pable meluncurkan Program SIKLUS untuk mendaur ulang seragam kantor yang tidak terpakai menjadi produk baru guna mendukung praktik fesyen berkelanjutan.

Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar sebagaimana dikutip dalam keterangan pers kementerian di Jakarta pada Jumat menyampaikan bahwa SIKLUS dijalankan untuk mengurangi limbah tekstil, mengampanyekan usaha fesyen sirkular, dan mendorong praktik usaha kreatif berkelanjutan

"Fesyen sirkular bukan hanya mengedepankan estetika, tetapi juga functionality. Maka, kita harus paham sustainable dalam Program SIKLUS punya keterikatan seperti apa daur ulang masuk dalam fenomena fast fashion, mengingat 10 persen dari limbah-limbah yang ada di sekitar kita berasal dari produk fast fashion," katanya.

Ia menyampaikan bahwa Program SIKLUS membuka peluang untuk meningkatkan penggunaan produk fesyen alternatif dari bahan-bahan hasil daur ulang.

"Harapan saya, dari Kementerian Ekraf bisa menjalankan sirkular fesyen dan tiap kita membeli sesuatu atau belanja juga harus diingat ada dampak ekonomi dan lingkungan yang dihasilkan," katanya.

"Let's choose wisely, let's live wisely as a valuable human being," katanya, mengajak warga untuk memilih produk secara bijak serta menjalani hidup secara bijak.

Deputi Bidang Kreativitas Budaya dan Desain Kementerian Ekonomi Kreatif Yuke Sri Rahayu mengajak seluruh pegawai Kementerian Ekonomi Kreatif berpartisipasi dalam Program SIKLUS dengan menyerahkan pakaian seragam yang sudah tidak dipakai untuk didaur ulang.

Pakaian-pakaian seragam yang sudah tidak dipakai dapat ditaruh di kotak atau titik pengumpulan yang akan disiapkan Gedung Film Pesona Indonesia.

Pable selanjutnya akan mendaur ulang seragam kantor yang sudah tidak dipakai menjadi benang.

"Dari benang akan dibuat kain tenun oleh para penenun di daerah Pasuruan, Jawa Timur," kata Yuke.

"Kain tenun tersebut nantinya akan didesain teman-teman dari salah satu universitas di Surabaya untuk dijadikan kembali seragam yang baru. Inilah nantinya yang akan menjadi produk fesyen sirkular," ia menjelaskan.

Baca juga: Kemenperin akselerasi transformasi IKM fesyen berkelanjutan

Menurut Pable, pendaurulangan setiap kilogram pakaian seragam yang tidak terpakai bisa mengurangi emisi karbon dari pembuatan kain baru setara dengan 315 kilogram CO2 dan menyelamatkan 14 pohon.

Aryenda Atma selaku pendiri Pable mengatakan bahwa setiap tahun limbah tekstil global mencapai 92 juta ton, tetapi hanya sekitar satu persen yang diolah kembali.

Sistem ekonomi sirkular bisa menjadi salah satu solusi dalam upaya mengatasi masalah limbah tekstil.

"Bukan hanya untuk subsektor fesyen saja, tetapi juga bisa kita lihat potensi dari subsektor ekraf lain yang luar biasa," kata Aryenda.

Ia mengemukakan bahwa Indonesia berpeluang menjadi hub ekonomi sirkular di tingkat Asia maupun tglobal.

Baca juga: Jalin dukung pengelolaan limbah tekstil berkelanjutan

Baca juga: Asri Welas berikan "napas kedua" bagi pakaian lewat Denyut Semesta

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |