Presiden Brasil sentil NATO soal perlombaan senjata di KTT BRICS

2 months ago 27

Rio De Janeiro, Brasil (ANTARA) - Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menyampaikan kritik terhadap peningkatan belanja militer global, terutama sebagai dampak dari keputusan terbaru NATO yang dinilai memicu perlombaan senjata.

Presiden Lula, saat berpidato pada sesi pleno Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS ke-17 di Rio de Janeiro, Minggu, belanja pertahanan yang melonjak menunjukkan adanya ketimpangan prioritas dalam kebijakan global.

"Lebih mudah mengalokasikan 5 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto) untuk belanja militer daripada mengalokasikan 0,7 persen yang dijanjikan untuk bantuan pembangunan resmi," katanya.

Ia juga menyampaikan rasa prihatin atas kemudahan negara-negara maju mengalokasikan anggaran besar untuk militer, dibandingkan dengan komitmen mereka terhadap pembangunan berkelanjutan.

Baca juga: Mengenal NATO serta apa saja tugas dan fungsinya

“Ini menunjukkan bahwa sumber daya untuk melaksanakan Agenda 2030 sebenarnya ada, tetapi tidak tersedia karena kurangnya prioritas politik. Selalu lebih mudah berinvestasi dalam perang daripada dalam perdamaian,” ujarnya.

Presiden Brasil itu juga memperingatkan meningkatnya risiko bencana nuklir di tengah ketegangan geopolitik global.

Ia menyoroti kekhawatiran terhadap potensi penyalahgunaan lembaga internasional seperti Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), yang menurutnya dapat merusak kredibilitas organisasi yang sangat penting bagi perdamaian dunia.

“Seperti yang terjadi di masa lalu dengan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia, instrumentalisasi pekerjaan Badan Tenaga Atom Internasional membahayakan reputasi organisasi. Ketakutan akan bencana nuklir telah kembali menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari,” katanya.

Baca juga: Lelucon "Daddy" KTT NATO dan agenda Eropa yang dikesampingkan

Dalam bagian lain pidatonya, Presiden Lula menegaskan posisi Brasil yang konsisten menolak kekerasan bersenjata dan konflik, termasuk yang terjadi di Jalur Gaza, Ukraina, dan Haiti.

Ia menolak segala bentuk ideologi kebencian yang mengatasnamakan agama atau kebangsaan tertentu. Sebagai bentuk konkret komitmen terhadap perdamaian, Presiden Lula menyebut inisiatif “Kelompok Sahabat Perdamaian” yang diprakarsai oleh Brasil dan China.

Kelompok ini bertujuan menjembatani dialog dan mencari jalan keluar damai dari berbagai konflik, dengan melibatkan negara-negara dari belahan bumi selatan sebagai bagian dari solusi global.

“Kelompok ini bekerja untuk mengidentifikasi kemungkinan jalan mengakhiri permusuhan, melalui pendekatan yang adil, damai, dan menghormati kedaulatan,” kata Presiden Brasil.

Baca juga: AS: Rusia terusik oleh kenaikan anggaran pertahanan NATO

Baca juga: Sekjen PBB: Serangan AS ke nuklir Iran ancam perdamaian dunia

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |