Jakarta (ANTARA) - Praktisi dan Pemerhati Digital Motulz Anto membagikan kiat kepada para pelajar Indonesia agar tidak terjebak dengan "zona nyaman" dalam pemanfaatan kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI) sehingga pelajar tetap mampu mengembangkan kreativitasnya.
Lewat acara yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) bertajuk "Seminar Revolusi Kreatif Menghadirkan Imajinasi Manusia di Dunia Digital" di Museum Penerangan TMII, Jakarta Timur, Selasa, Anto menyebutkan pelajar harus tetap mengandalkan kemampuan akalnya dalam memanfaatkan AI.
"Jadi para pelajar ini harus ingat yang namanya belajar itu boleh salah. Jangan takut untuk berbuat salah dalam mengerjakan tugas. AI jadi bahaya kalau pelajar terbiasa pakai AI supaya tidak salah. Supaya tidak terjebak dalam hal itu, maka belajarlah untuk berani mencoba," kata Motulz Anto.
Baca juga: Wamenkomdigi sebut pemanfaatan AI optimalkan kualitas layanan opsel
Baca juga: Kemkomdigi targetkan peta jalan penggunaan AI rampung tiga bulan
Hal ini disampaikan Anto berkaca dari timbulnya pro-kontra penggunaan AI di kalangan pelajar yang terkesan mampu menciptakan ketergantungan untuk mengerjakan tugas. Padahal AI menurutnya hanya alat yang bisa berguna dengan arahan yang tepat dari pengguna.
Lewat acara yang diikuti oleh 160 pelajar dari empat institusi pendidikan dari Jabodetabek itu, Anto menyebutkan bahwa salah satu keunggulan akal manusia dibandingkan dengan AI ialah imajinasi.
Menurutnya, pelajar yang merupakan generasi muda memiliki banyak imajinasi yang apabila dituangkan dengan kreativitas yang tepat maka akan berguna menghasilkan karya dan hal itu tidak dimiliki AI.
Anto juga berpendapat AI yang kini terkesan sangat pintar itu, pada dasarnya adalah teknologi yang dilatih dengan data dan semua data itu tentunya tidak bisa mengalahkan perkembangan imajinasi manusia.
Dengan demikian, ia optimistis pelajar masa kini yang fasih menggunakan teknologi seperti AI harusnya bisa dengan bijak memanfaatkan AI apalagi setelah memahami keunggulan imajinasi manusia dibandingkan dengan AI.
"Jadi perlu diingat kembali, AI adalah alat dan kita memiliki keunggulan perasaan yang dimiliki manusia dan juga pemikiran kita yang disebut imajinasi. Manusia diberikan anugerah imajinasi membayangkan yang sebelumnya tidak menjadi ada, beda dengan AI yang dilatih dengan database. Itulah kelebihan manusia," kata Anto.
Baca juga: Wapres tegaskan inovasi AI pendorong utama kemajuan bangsa
Baca juga: 5 sektor yang jadi prioritas pemerintah dalam pemanfaatan AI
Baca juga: Kemkomdigi siapkan aturan pemanfaatan AI dalam tiga bulan
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025