Jakarta (ANTARA) - Presiden Prabowo Subianto yakin Sekolah Rakyat membangkitkan harapan Indonesia dapat menjadi negara yang berdiri di atas kaki sendiri atau berdikari dan mampu membuat barang-barang kebutuhannya sendiri.
Oleh karena itu, Presiden menegaskan komitmen pemerintah akan terus menambah jumlah Sekolah Rakyat hingga menjadi 165 sekolah pada September 2025 dan 200 sekolah pada tahun 2026.
"Yang jelas, kita sudah mulai melihat titik-titik harapan. Kita sudah melihat cerahnya anak-anak yang mungkin tadinya risau apa yang akan terjadi. Saudara-saudara sekalian, saya titip bener-bener para guru, Anda sudah diseleksi melalui program yang ketat. Terima kasih kementerian-kementerian yang melaksanakan itu, luar biasa seleksi-seleksi kalian, guru-guru ini terus dibimbing, dibina. Para kepala sekolah, Anda memiliki tugas yang sangat mulia. Anda sedang menyiapkan tunas-tunas bangsa. Anda sedang dalam rangka kita memutus rantai kemiskinan," kata Presiden Prabowo saat memberi pembekalan kepada 2.000 lebih guru Sekolah Rakyat beserta kepala sekolah di Jakarta, Jumat.
Presiden melanjutkan anak-anak siswa Sekolah Rakyat, yang seluruhnya berasal dari keluarga prasejahtera, merupakan harapan bagi keluarganya masing-masing karena anak-anak itu diharapkan bisa mengangkat keluarganya dari jerat kemiskinan.
"Kita selalu harus optimis. Indonesia akan punya pabrik mobil sendiri. Indonesia akan punya pabrik motor sendiri. Indonesia sudah terus akan bikin pesawat terbang sendiri, kapal-kapal sendiri, kereta api kita sendiri, jam tangan sendiri, pakaian sendiri, sepatu sendiri. Kita akan berdiri di atas kaki kita sendiri," kata Presiden Prabowo yang disambut riuh tepuk tangan para guru dan kepala sekolah.
Baca juga: Prabowo: Tugas guru Sekolah Rakyat putus rantai kemiskinan
Presiden, yang sempat terbatuk-batuk saat memberikan pembekalan, menyebut dirinya batuk karena bersemangat menyampaikan arahan-arahan itu kepada para guru dan kepala sekolah.
"Batuk karena semangat. Saya semangat karena saya lihat kalian semangat," kata Presiden kepada para guru.
Presiden Prabowo memberikan pembekalan kepada kepala sekolah dan guru-guru Sekolah Rakyat dalam acara retret Sekolah Rakyat di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta Pusat.
Pada acara itu, sejumlah menteri mengenakan pakaian khusus berwarna hijau tua yang sama seperti seragam guru-guru dan kepala sekolah Sekolah Rakyat. Kemudian siswa-siswa yang tampil sebagai paduan suara juga mengenakan pakaian khusus siswa Sekolah Rakyat yang dominan berwarna merah tua lengkap dengan baret berwarna senada.
Baca juga: Prabowo ingatkan guru Sekolah Rakyat tanamkan semangat juang bangsa
Jajaran menteri Kabinet Merah Putih dan kepala lembaga yang hadir pada acara pembekalan Sekolah Rakyat itu, yaitu Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno, Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Budi Gunawan, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti, Menteri Sosial Saifullah Yusuf, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Rini Widyantini, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya.
Ada pula Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid, Menteri Agama Nasaruddin Umar, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Menteri Ketenagakerjaan Yassierli, Kepala Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar Widyasanti, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, dan Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto.
Di lokasi yang sama, Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat Prof. Mohammad Nuh, Motivator dan Pendiri ESQ Corp Ary Ginanjar juga hadir dalam acara pembekalan tersebut.
Baca juga: Prabowo: Lulusan Sekolah Rakyat harus angkat derajat keluarga miskin
Baca juga: Presiden Prabowo peringatkan anggaran pendidikan jangan lagi bocor
Pewarta: Genta Tenri Mawangi/Andi Firdaus
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.