Jakarta (ANTARA) - Audit energi yang dilakukan oleh Konsorsium Sustainable Energy Transition in Indonesia (SETI) bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap potensi penghematan energi industri sebesar 28,7 juta kWh per tahun yang setara dengan konsumsi listrik lebih dari 25 ribu rumah tangga.
Direktur Konservasi Energi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Hendra Iswahyudi dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat, mengatakan implementasi hasil audit juga dapat menekan biaya operasional hingga Rp10,3 miliar per tahun serta menurunkan emisi karbon sekitar 13.300 ton CO2 per tahun.
“Audit dilakukan di lima badan usaha dan temuannya, margin keuntungan perusahaan bisa meningkat signifikan. Ada juga potensi penghematan dan peluang mengimplementasikan teknologi efisiensi energi yang tepat,” kata Hendra.
Ia mengatakan lima badan usaha yang dimaksud bergerak di sektor-sektor industri yang masuk prioritas pemerintah untuk pengurangan emisi karbon, yaitu industri pulp dan kertas, serta tekstil dan alas kaki.
Kegiatan audit energi sendiri merupakan bagian dari kerja sama antara Pemerintah Indonesia, Pemerintah Jerman, serta kolaborasi dengan perusahaan jasa konservasi energi (Energy Service Companies/ESCOs) dan penyedia teknologi.
Audit dilakukan terhadap sejumlah sistem pada proses produksi di industri yaitu sistem boiler, air compressor, distribusi steam, kelistrikan, pendingin, produksi, motor atau pompa, ventilasi, dan sistem pencahayaan.
Menurut Hendra, audit terhadap sistem tersebut memungkinkan badan usaha untuk mengambil langkah dalam meningkatkan efisiensi, menekan biaya produksi, dan memperkuat daya saing industri, sekaligus mendukung target iklim nasional.
Ia mengatakan memproyeksi efisiensi energi menyumbang hingga 37 persen target penurunan emisi sektor energi tahun 2030.
Pemerintah telah menerbitkan PP No. 33 Tahun 2023 tentang Konservasi Energi yang mewajibkan perusahaan melaksanakan audit energi secara berkala dan menjalankan rekomendasinya.
Sementara itu, Lead Industry Decarbonization GIZ Energy Programme Indonesia/ASEAN Johannes Anhorn mengatakan audit energi merupakan langkah pertama yang dibutuhkan industri untuk mengidentifikasi peluang efisiensi energi dan bagaimana badan usaha bisa melakukannya.
Hal itu penting karena 20-30 persen dari total biaya produksi di industri dikeluarkan untuk biaya energi sehingga cara tercepat menurunkan biaya sekaligus emisi adalah dengan melakukan efisiensi energi.
Audit energi dilakukan periode 6 Juni-1 Agustus 2025, dan merekomendasikan sejumlah langkah efisiensi di antaranya peningkatan kinerja sistem pendingin melalui pemanfaatan teknologi cooling tower dan chiller yang lebih modern, serta pemasangan variable speed drive (VSD) pada motor dan pompa untuk menurunkan konsumsi energi sekaligus menjaga keandalan operasional.
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.