Perempuan dan akal imitasi, jalan baru penggerak perubahan

3 weeks ago 9

Jakarta (ANTARA) - Keberadaan teknologi akal imitasi (AI) diyakini dapat membantu perempuan untuk semakin maju dan berdaya saing. Perempuan hendaknya tak menutup mata dengan kemajuan teknologi dan mampu memanfaatkannya untuk meningkatkan kapasitas mereka.

Apalagi, menurut Guru Besar Teknologi Informasi dari Universitas Indonesia Prof Dr Ir Riri Fitri Sari MM MSc, saat ini adalah momentum bagi Indonesia dalam hal teknologi AI. Pasalnya dari sisi infrastruktur, Microsoft mengucurkan dana sebesar 1,7 miliar dolar AS untuk pengembangan teknologi cloud/AI dan peningkatan keterampilan bagi 840.000 warga Indonesia.

Selain itu, kini sedang dibentuk pusat keunggulan kecerdasan buatan kolaborasi Indonesia, NVIDIA dan Cisco untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan buatan yang mandiri. Dari sisi kebijakan juga diluncurkan dialog kebijakan AI yang arahnya pada aturan AI sektoral dan peraturan presiden.

"Ini saatnya bagi perempuan untuk mengambil bagian dari teknologi kecerdasan ini," kata Riri dalam BPW International Forum yang mengangkat tema Women Bridging Nations and Driving Sustainable Future dan subtema "Embracing Artificial Intelligence and Green Business Transformation" di Jakarta, Rabu (20/8/2025).

Kehadiran AI dapat menjadi pengungkit untuk meningkatkan keuntungan bisnis, inklusif dan berlanjut. Sejumlah peraturan yang berkaitan dengan teknologi AI juga telah mengubah lanskap bisnis. Sejak Oktober 2024, sudah diberlakukan UU Perlindungan Data sehingga kerahasiaan data jadi kewajiban. Kehadiran aturan baru dalam perdagangan terutama di Uni Eropa yang sudah menerapkan UU Kecerdasan Buatan agar dapat mengakses pasar Eropa sejak Agustus 2024.

Saat ini keberlanjutan bisnis juga berbasiskan pada data. Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI) atau Taksonomi Hijau dari Otoritas Jasa keuangan (OJK) membuka pula peluang dan tantangan baru.

Perempuan dinilai memiliki keunggulan dalam bidang kecerdasan buatan, karena studi terbaru menunjukkan bahwa kecerdasan buatan memerlukan naluri keibuan dengan memasukkan rasa welas asih pada AI. Sehingga teknologi itu dapat digunakan untuk melindungi manusia.

Dengan kehadiran teknologi dan saling terhubung, perempuan memiliki peluang untuk dapat mengubah dunia. Namun dengan catatan, perlunya kolaborasi yang apik antara akademisi, industri dan juga pemerintah.

Para pemimpin perempuan juga diharapkan dapat menjadi mentor atau sponsor yang memberikan bimbingan, dorongan dan kesempatan untuk membantu para perempuan maju dalam karier. Pemimpin perempuan juga didorong untuk dapat meningkatkan kesadaran tentang kesetaraan gender melalui diskusi, pelatihan dan kampanye untuk membantu mengurangi bias atau stereotip.

Perempuan yang saat ini di posisi pucuk pimpinan juga diharapkan dapat mendukung dan mendorong implementasi kebijakan yang mempromosikan kesetaraan gender di tempat kerja dan masyarakat.

Presiden Business Professional Women (BPW) Indonesia Giwo Rubianto Wiyogo saat membuka BPW International Forum di Jakarta, Rabu (20/8/2025). (ANTARA/Indriani)

Mengatasi kesenjangan digital

Presiden Business Professional Women (BPW) Indonesia, Dr Giwo Rubianto Wiyogo, mengemukakan salah satu misi yang dilakukannya adalah untuk mengatasi kesenjangan digital di kalangan perempuan. Perempuan kerap menjadi korban akibat kurangnya kecakapan literasi. Melalui pelatihan dan edukasi yang dilakukan secara berkelanjutan diharapkan perempuan Indonesia memiliki literasi yang baik, responsif dan adaptif.

Para perempuan harus ambil bagian dengan kehadiran AI dan tak menjadi obyek, melainkan subyek atau pelaku yang bisa memanfaatkan AI untuk peningkatan kapasitas diri. Baik di dalam bisnis maupun karier profesional mereka.

"Perempuan harus berada di garda terdepan, menjadi motor penggerak dalam kecakapan literasi digital," kata Giwo.

Secara umum misi dari BPW Indonesia yakni mengembangkan potensi pebisnis dan profesional perempuan Indonesia di semua tingkatan, melalui advokasi, pendidikan, pendampingan, jaringan, pengembangan keterampilan dan program pemberdayaan ekonomi.

Melalui jejaring global, diharapkan pula bagaimana kepemimpinan perempuan berdampak dan berkualitas melalui jejaring global. Pertemuan BPW International Forum yang diikuti 130 perempuan lintas profesi tersebut juga menyoroti pentingnya kesetaraan gender bagi kemajuan perempuan.

"Kesetaraan gender adalah hak asasi manusia terutama di kepemimpinan inklusi yang sekarang ini belum terlihat jamak di lapangan,” kata Ketua Umum Kowani periode 2014-2019 dan 2019-2024 itu.

Perempuan juga didorong untuk meningkatkan kapasitas diri untuk terus belajar sepanjang hayat, terlibat aktif dalam kegiatan yang positif dan belajar terus dari mana saja dan kapan pun waktunya. Apalagi, perempuan adalah madrasah atau sekolah pertama bagi anak-anaknya.

BPW merupakan klub afiliasi dari BPW International, yakni jaringan global bagi perempuan profesional dan wirausaha yang berdiri sejak 1930. BPW International didirikan pada 1930 oleh Dr Lena Madesin Philips di Jenewa, yang menyatukan perempuan di enam negara pendiri dan 16 negara lainnya. Kesetaraan gender harus dibangun di atas fondasi ekonomi yang kuat. Saat ini BPW International memiliki anggota lebih dari 100 negara di lima benua. Komunitas tersebut dari para pemimpin, pengusaha, eksekutif, dan profesional muda yang berdedikasi untuk memajukan pemberdayaan perempuan.

Program dan inisiatif dari lembaga tersebut adalah keterlibatan dengan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), karena BPW International memiliki status konsultatif dengan Dewan Ekonomi dan Sosial PBB selama lebih dari 65 tahun dan secara aktif bekerja sama dengan berbagai badan PBB.

Kemudian, koneksi industri global yang terdiri dari kemitraan korporat, dukungan kewirausahaan dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG's). Inisiatif lainnya yakni konferensi regional dan pelatihan kepemimpinan serta berkontribusi dalam inisiatif akar rumput yang memberdayakan perempuan dalam pendidikan, kesehatan dan pembangunan ekonomi.

Vice President of Membersip BPW International, Fransesca Burack, mengajak para perempuan untuk terlibat aktif dalam BPW Indonesia. Perempuan diyakini memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan. BPW International mendorong semakin banyak perempuan untuk terlibat aktif dalam pengambilan keputusan terutama di bidang pemerintahan dan bisnis.

Melalui pemanfaatan teknologi yang baik dan jejaring global, maka diyakini para perempuan dapat meningkatkan kapasitasnya dari hari ke hari dan mampu mewarnai perubahan positif bagi dirinya dan lingkungannya.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |