Penguatan inovasi jadi solusi hadapi tantangan ketergantungan fosil

3 hours ago 3

Jakarta (ANTARA) - Tenaga Ahli Menteri ESDM Satya Hangga Yudha Widya Putra menyebutkan penguatan inovasi melalui sinergi yang melibatkan peneliti, dunia usaha, dan pemerintah, menjadi solusi dalam menghadapi tantangan ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil di tengah kondisi geografis yang sangat luas.

"Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang sangat masif mencapai 3.687 GW, namun pengembangannya membutuhkan peta jalan yang sinkron seperti yang tertuang dalam RUPTL untuk menambah kapasitas EBT sebesar 42,6 GW dan 10,3 GW storage," dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Ia melanjutkan upaya dekarbonisasi melalui teknologi dan program biodiesel seperti B40 hingga B50 menjadi langkah strategis untuk mengurangi emisi tanpa mengorbankan kebutuhan energi nasional.

"Selain itu, kebijakan hilirisasi melalui Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 2025 diharapkan menjadi kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen dan menciptakan 3 juta lapangan kerja baru," sebutnya saat menjadi narasumber dalam webinar Ikatan Alumni Perhimpunan Pelajar Indonesia (IAPPI), Minggu (28/12/2025).

Hangga, panggilannya, menambahkan saat ini, Indonesia menghadapi tantangan defisit minyak yang signifikan, yang mana konsumsi mencapai 1,6 juta barel per hari, sementara produksi atau lifting berkisar 605.000 barel per hari.

Hal serupa terjadi pada sektor gas, meskipun Indonesia memiliki surplus gas alam jenis C1 & C2, namun masih mengimpor LPG gas C3 & C4 dalam jumlah besar.

Di sisi lain, batu bara masih menyumbang 64 persen konsumsi listrik nasional dengan faktor harga dan kepastian pasokan tetap menjadi prioritas utama masyarakat sebelum mempertimbangkan aspek lingkungan atau emisi.

Diskusi secara khusus menghadirkan Hangga sebagai tokoh muda awardee beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di Amerika Serikat, yang diharapkan bisa memberikan inspirasi bagi generasi muda.

Hangga menyelesaikan studi sarjana di Michigan State University dan magister di New York University di bidang yang relevan dengan pembangunan berkelanjutan dan selanjutnya kini berkiprah di Kementerian ESDM.

Pada kesempatan itu, Hangga juga mendorong generasi muda memosisikan diri sebagai aset strategis negara dengan tidak hanya menjadi mahasiswa secara akademis, tetapi juga menempa diri sebagai decision maker di masa depan.

Upaya ini harus dibarengi dengan pemilihan bidang studi yang memiliki relevansi tinggi terhadap kebutuhan nasional, terutama pada sektor krusial seperti energi, hilirisasi, dan teknologi, guna memastikan kontribusi yang nyata bagi pembangunan bangsa.

Semangat sinergi dan kolaborasi menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks, mengingat visi besar untuk memajukan Indonesia hanya dapat dicapai melalui kerja sama yang solid sesuai dengan prinsip bahwa berjalan bersama akan membawa kita melangkah lebih jauh dibandingkan berjuang sendirian.

"Kontribusi nyata dari para generasi muda akan menjadi penentu dan keberhasilan Indonesia dalam mencapai target net zero emission pada 2060," sebut Hangga.

Baca juga: Tenaga Ahli Menteri ESDM: Pelaksanaan JET perlu sinergi lintas sektor

Baca juga: Tenaga Ahli Menteri ESDM pantau pasokan BBM jelang Natal-Tahun Baru

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |