Purwokerto (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, akan menetapkan status tanggap darurat bencana selama satu bulan menyusul meningkatnya eskalasi bencana di berbagai wilayah, terutama tanah longsor yang melanda kawasan perbukitan.
Ditemui usai rapat koordinasi penanggulangan bencana di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas Budi Nugroho mengatakan keputusan penetapan status tanggap darurat bencana itu sedang difinalisasi dan kemungkinan besar akan diberlakukan mulai Sabtu (13/9).
"Status tanggap darurat bencana berlaku selama satu bulan penuh termasuk hari libur. Dasarnya adalah Perka BNPB Nomor 3 Tahun 2016, ditambah kondisi eskalasi bencana yang makin tinggi serta hasil pemantauan dari BMKG dan ESDM," katanya menegaskan.
Ia mengatakan berdasarkan data BPBD Kabupaten Banyumas pada tanggal 10-11 September 2025 tercatat sebanyak 113 kejadian bencana hidrometeorologi akibat hujan dengan intensitas lebat hingga ekstrem yang terjadi di wilayah itu.
Dari jumlah kejadian tersebut, kata dia, sebanyak 95 titik di antaranya berupa tanah longsor dengan konsentrasi tertinggi berada di Kecamatan Gumelar.
Selain tanah longsor, lanjut dia, bencana banjir juga melanda wilayah Sumpiuh, Kemranjen, hingga Baturraden dan Darmakradenan.
Terkait dengan hal itu, dia mengatakan Pemkab Banyumas pada masa tanggap darurat bencana akan membentuk satuan tugas (satgas) dan mendirikan pos komando dengan komandan yang ditunjuk langsung Bupati Banyumas.
"Kami petakan area yang harus diawasi secara ketat dan yang butuh bantuan mendasar seperti rumah, relokasi, serta sarana prasarana. Kami juga akan melibatkan CSR (Corporate Social Responsibility/pertanggungjawaban sosial perusahaan) untuk memperkuat bantuan," kata dia yang juga Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinkominfo) Kabupaten Banyumas.
Budi mengatakan BPBD bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum memasang sistem peringatan dini (early warning system/EWS) gerakan tanah di sejumlah titik rawan, salah satunya di Desa Cihonje.
Sementara itu, prakirawan cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Wardi mengatakan wilayah Banyumas masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
"Di Banyumas bagian utara, hujan sudah tidak mengenal kemarau. Intensitasnya justru makin tinggi sepanjang September hingga puncaknya pada Desember," katanya.
Kepala Cabang Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah Wilayah Slamet Selatan Mahendra Dwi Atmoko mengatakan karakter geologi Kabupaten Banyumas sangat rentan terhadap longsor, terutama di wilayah utara dan selatan yang didominasi perbukitan.
Bahkan, kata dia, wilayah dengan kerentanan menengah jika diguyur hujan intensitas lebat, statusnya bisa naik menjadi tinggi.
“Yang sudah tinggi bisa jadi sangat tinggi. Artinya, risiko bencana di wilayah ini harus sangat diwaspadai," katanya.
Terkait dengan hal itu, dia mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama jika hujan lebat berlangsung lebih dari dua jam atau hujan sedang terjadi lebih dari dua hari.
Menurut dia, ronda kebencanaan di kampung-kampung rawan bisa menjadi bentuk kesiagaan mandiri.
Baca juga: BPBD: 18 orang meninggal akibat banjir di Bali hingga Jumat pagi
Baca juga: Baznas terjunkan tim bantu evakuasi warga Denpasar terjebak banjir
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.