Pemerintah prioritaskan tangani 1,4 juta keluarga risiko stunting

2 months ago 8

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN memprioritaskan menangani 1,4 juta keluarga risiko stunting di desil 1 atau kelompok rumah tangga miskin yang menempati 10 persen terbawah dalam tingkat kesejahteraan secara nasional.

"Berdasarkan sistem informasi keluarga, dari 42 juta pasangan usia subur, ada 8,6 juta keluarga risiko stunting di desil 1 (miskin) sebanyak 1,4 juta, ini menjadi prioritas," kata Mendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI di Jakarta, Selasa.

Wihaji juga mengemukakan pentingnya melibatkan tokoh agama, tokoh adat, maupun tokoh masyarakat dalam rangka penurunan angka stunting, mengingat di daerah, masyarakat sebagian besar masih lebih mendengarkan atau mempercayai para tokoh tersebut.

"Kita akan menangani nutrisi, akses air bersih, serta edukasi pencegahan dan penanganan yang juga sangat penting. Kadang, masyarakat lebih menghormati tokoh agama dan tokoh adat, ini juga memengaruhi perilaku pencegahan stunting," ujar dia.

Ia menambahkan, jamban sehat dan rumah layak huni menjadi bagian yang tidak terpisahkan penyebab stunting dari faktor non-nutrisi, untuk itu, ke depan, pemerintah akan lebih fokus ke hulu atau penyebab keluarga berisiko stunting.

"Dari 8,6 juta keluarga risiko stunting, ada 3,7 juta keluarga tidak memiliki jamban layak, 1,9 juta keluarga tidak memiliki air minum utama yang layak, dan 4,3 juta keluarga dengan pasangan usia subur empat terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat, dan terlalu banyak), serta tidak menggunakan KB modern," paparnya.

Baca juga: Komisi IX DPR: Penanganan stunting tanggung jawab bersama

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam rapat yang sama juga mengajak Badan Gizi Nasional (BGN) untuk membantu menekan prevalensi stunting melalui pemberian makanan dan nutrisi tambahan pada ibu hamil, sebab ada dua upaya intervensi terhadap kelompok itu yang masih perlu ditingkatkan.

Budi Gunadi Sadikin menyebutkan kedua langkah tersebut yakni pemberian tablet tambah darah untuk dikonsumsi selama kehamilan serta tambahan asupan gizi pada ibu hamil yang kurang energi kronik.

Adapun dari target sebesar 65 persen pada konsumsi tablet tambah darah selama kehamilan, baru tercapai sebesar 15,5 persen, sementara tambahan asupan gizi pada ibu hamil yang kurang energi kronik baru sebesar 40,7 persen dari target 84 persen.

Baca juga: Kota Mojokerto raih predikat terbaik penanganan stunting se-Jatim

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |