Jakarta (ANTARA) - Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan Hariqo Wibawa Satria mengatakan bahwa pemerintahan Presiden Prabowo berkomitmen melindungi masyarakat dari penyakit tuberkulosis (TBC) dengan mempercepat eliminasi penyakit ini melalui penguatan Gerakan Bersama Desa dan Kelurahan Siaga TBC.
“Mengapa perlu gerakan bersama? Karena untuk menekan TBC, kita memerlukan kolaborasi dan sinergi lintas sektor," kata Hariqo dalam keterangannya, Kamis.
Dia mengatakan peran perangkat desa dan kelurahan di tingkat kota dan kabupaten sangat menentukan dalam memberdayakan masyarakat melawan penyakit ini.
Pihaknya optimistis karena kekompakan dan kebersamaan bangsa saat ini semakin kuat. Hal itu tercermin dari suksesnya retret pembekalan Kabinet Merah Putih dan seluruh kepala daerah, yang dihadiri dan dibekali langsung oleh Presiden Prabowo.
Dalam rangka mewujudkan penguatan komitmen dan aksi nyata dalam upaya bersama mengentaskan TBC, Kementerian Kesehatan akan meluncurkan Gerakan Bersama Penguatan Desa dan Kelurahan Siaga TBC, Jumat (9/5).
Gerakan Nasional ini dipusatkan di Kantor Kelurahan Rambutan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur dan dapat disaksikan secara langsung di televisi serta akun youtube Kementerian Kesehatan RI.
Tingginya kasus di tanah air, yang mencapai satu juta kasus per tahun, menempatkan Indonesia berada di peringkat kedua TBC terbanyak di bawah India. Secara global, penyakit mematikan ini masih menulari 10 juta lebih orang dengan kasus kematian di atas satu juta orang.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan target eliminasi TBC dengan menurunkan insidensinya menjadi kurang dari satu kasus per satu juta penduduk pada 2050.
Pemerintah, kata Hariqo, ingin mempercepat eliminasi TBC di Indonesia pada 2030 atau 20 tahun lebih cepat dari target global WHO.
Pun pada tahun 2025, ditargetkan tercapai 90 persen deteksi kasus, 100 persen inisiasi pengobatan, dan tingkat keberhasilan pengobatan di atas 80 persen.
Guna mencapai target-target ini, pemerintah menetapkan berbagai strategi konkret.
Kementerian Kesehatan menetapkan sejumlah strategi, antara lain penguatan promosi dan pencegahan, pemanfaatan teknologi, integrasi data dengan rumah sakit dan puskesmas, termasuk pengembangan dan adopsi vaksin yang lebih baik untuk pencegahannya.
Ini bagian dari pelaksanaan Astacita, program prioritas dan program hasil terbaik cepat dari pemerintah saat ini.
Sebenarnya, pemerintah telah menggratiskan pengobatan TBC sejak 2016. Namun, upaya pemerintah ini perlu diperkuat dengan komitmen bersama antara masyarakat dan pelibatan aparat, mulai dari tingkatan desa dan kelurahan, agar strategi penanggulangannya bisa berjalan lebih efektif.
Melalui Gerakan Bersama Desa dan Kelurahan Siaga TBC, dikembangkan strategi penanggulangan TBC, antara lain treatment enrollment, investigasi kontak, penghentian stigma TBC, transportasi dan akses pengobatan, dan lain-lain, yang kerjanya berbasis kewilayahan dari bawah, yakni melalui desa dan kelurahan, secara berkelanjutan.
Penuntasan TBC merupakan Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) atau quick win Presiden dan Wakil Presiden di tahun 2025.
“Terinfeksi TBC bukanlah akhir dari segalanya. TBC bisa disembuhkan dengan pengobatan yang tepat dan disiplin. Maka dari itu, dengan hormat kami mengimbau,mari kita hentikan stigma dan pikiran negatif yang justru menghambat penyembuhan. Segera kunjungi puskesmas di desa atau kelurahan terdekat. Pengobatan TBC tersedia secara gratis dari pemerintah,” ucap dia.
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2025